tag:blogger.com,1999:blog-18742975546404916742024-03-14T02:30:45.588-07:00mcmahelIn the deepest hour of the night, confess to yourself that you would die if you were forbidden to write. And look deep into your heart where it spears its roots the answer and ask yourself; must I write? (Rainer Maria Rilke)mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.comBlogger21125tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-5412663591035433802011-12-11T15:55:00.000-08:002011-12-11T15:56:12.003-08:00The ‘Good’ in Good-byePada Sabtu, 10 Desember 2011, sekitar pukul 23.00 WIB, jemari saya menggunggah berita mengenai keberhasilan Komisi Pemberantasan Korupsi memulangkan tersangka kasus suap, Nunun Nurbaetie dari Bangkok, Thailand. Selesai sudah, pengabdian saya kepada koran nasional Media Indonesia selama lebih dari 1,5 tahun. Setelah melepas stres sebentar di ruang wartawan, gedung lembaga antisuap itu, saya kembali ke kosan saya di sekitar Kemanggisan, Jakarta Barat untuk bersiap-siap pulang ke Bandung, ke rumah orang tua.<br /> <br />Betul, kepulangan Nunun ini memang terasa spesial bagi saya pribadi. Diboyongnya istri mantan Wakil Kapolri Adang Daradjatun itu sekaligus menjadi naskah terakhir saya bagi koran tempat saya pertama kali berkarier sebagai wartawan itu. Beberapa rekan di lapangan yang tahu bahwa hari itu menjadi hari terakhir saya di KPK mengucapkan selamat jalan dan sampai jumpa. Saya tersenyum simpul mendengar itu semua.<br /> <br />Saya memulai perjalanan bersama Media Indonesia per 1 Maret 2010 di bawah didikan wartawan Yohannes Widada. Bersama rekan angkatan satu-satunya, Anata Syah Fitri Siregar saya digembleng oleh bapak satu itu. Belum juga dua pekan kami berdua belajar membelah Jakarta, aksi aparat melumpuhkan teroris terjadi di daerah Pamulang. Pamulang pula yang menjadi awal mula tulisan saya dan Nata, sapaan akrab Anata, mulai menghiasi koran di halaman Megapolitan.<br /> <br />Penempatan pos alias kompartemen akhirnya terjadi pada 15 Maret 2010. Saya ditempatkan di meja Internasional sesuai dengan program studi dulu dan Nata dengan kegigihannya yang terbaca sejak awal menjadi prajurit Megapolitan. Pada titik ini kami menjadi jarang bertemu karena dia ditempatkan nun jauh di Tanjung Priok sana sementara saya ngendon di kantor.<br /> <br />Berada di kompartemen Internasional sebenarnya memiliki cerita tersendiri—kami memang jarang sekali berada di lapangan. Tetapi pada saat saya berada di pos ini, nasib beberapa WNI kita yang menjadi sukarelawan untuk masyarakat di Gaza di ujung tanduk setelah serangan tidak bermoral pasukan Israel. Tergerak, meski hanya mengandalkan sambungan internasional, saya berusaha mengecek keadaan mereka. Salah satunya berhasil saya hubungi (Nurfitri Taher) lewat teknologi Facebook serta rekan penulis saya yang kenal dengan keluarga beliau.<br /> <br />Sambungan internasional juga yang membawa saya menghubungi seorang relawan yang tergolek di rumah sakit Turki. Susah-susah gampang sebetulnya, meski nomor RS Turki itu bisa didapat dari KBRI kita tetapi butuh kesabaran untuk berbicara dengan bagian humas yang tidak bisa berbahasa Inggris. Kata-kata “Indonesia, Flotilla, Patient,” saya ulang terus menerus hingga ia mengerti maksud saya. Syukurlah, ada wartawan senior Desi Anwar yang waktu itu bertugas meliput dan dia juga yang membantu saya untuk mewawancarai si relawan.<br /> <br />Setelah empat bulan, surat penugasan membawa saya memasuki satu pos yang menjadi momok bagi wartawan-wartawan baru di koran ini: Polkam. Bertugas di halaman politik memang butuh ketelatenan dan fisik yang luar biasa. Tidak heran bahwa masuk rumah sakit minimal satu kali sepertinya biasa saja bagi mereka yang pernah bertugas di rubrik Polkam. Akan tetapi, rubrik ini juga yang menggembleng kami untuk menjadi wartawan tangguh dan bekerja cerdas.<br /> <br />Pesan yang saya ingat terus oleh atasan saya di desk ini adalah masalah tulisan supaya lebih to the point. Desk ini juga yang mengajarkan kepada kami untuk menembus narasumber dan mengajarkan banyak sekali dinamika politik di tanah air.<br /> <br />Beberapa bulan setelah itu, surat penugasan kembali mengantarkan saya ke sebuah pengalaman yang sama sekali berbeda: Ekonomi. Terkesan santai, sebetulnya desk ini yang mengajarkan saya mengenai pentingnya data dan grafis. Memang, berada di pos Polkam saya kadang terlena untuk terus menggunakan ‘jurnalisme congor’ mengingat perang wacana memang lebih sering mewarnai tulisan politik. Ditempatkan di bagian Energi, meski saya sering megap-megap karena tidak mengerti, pelan-pelan saya mulai belajar untuk lebih fokus kepada angka.<br /> <br />Saya ingat sekali dua pesan atasan saya waktu itu yang kini menjadi salah satu petinggi. Pertama, jangan hanya terpaku pada angka-angka tetapi juga mesti dibahasakan. Misalnya, jangan tulis ‘Bandung terancam kehilangan 5.000 MW’tetapi tuliskan berapa banyak rumah yang terancam kehilangan listrik. Pelajaran kedua dari beliau, jangan pernah takut untuk bertanya dan bertanya kepada narasumber.<br /> <br />“Mahel, ingat, kamu itu wartawan. Kamu itu dibayar untuk bertanya. Kamu bukan dibayar untuk menjadi pakar,” begitu kira-kira kata atasan saya.<br /> <br />Setelah beberapa bulan mengawal isu listrik dan pembatasan Bahan Bakar Bersubsidi yang sampai sekarang (sampai saya mengundurkan diri) tidak juga jelas bagaimana bentuknya saya dikembalikan ke pos Internasional. Meski seorang diri, saya sangat senang karena ada redaktur yang baru saja kembali studi yang punya passion begitu besar akan isu-isu Internasional. Sehingga, pekerjaan saya terasa lebih menantang sekaligus ringan.<br /> <br />Selama hampir dua puluh hari kerja, saya dicekoki isu perompakan kapal MV Sinar Kudus. Sumber saya menghubungkan saya dengan nomor kapten kapal yang… pada suatu hari diangkat oleh perompaknya sendiri. Kaget, saya dengan terbata-bata berusaha menanyakan keadaan para sandera dan ia malah mengancam akan membunuh mereka kalau uang tebusan tidak kunjung tiba. Redaktur saya mengusulkan naskah itu ke rapat redaksi dan akhirnya masuk ke halaman pertama. Kontribusi ini begitu saya ingat karena menandai betapa desk ini sebetulnya bisa ‘bersuara’.<br /> <br />Pada hari ke-21, surat penugasan mengembalikan saya ke desk Polkam. Pergeseran ini juga yang membawa saya untuk bertugas di gedung KPK. Walau belum banyak kontribusi saya, saya cukup bersyukur karena penempatan ini bersamaan dengan tingginya intensitas pemberitaan di kantor lembaga ad hoc itu. Meski demikian, KPK sekaligus juga menjadi tempat liputan terakhir saya karena beberapa bulan setelahnya, saya memilih mengundurkan diri.<br /> <br />Setelah hampir satu setengah tahun, saya akhirnya lulus duluan dari semua wartawan MI yang masuk pada tahun 2010. Surat pengunduran diri sudah dilayangkan dan yang paling berat adalah meninggalkan zona nyaman saya di Kedoya. Tetapi, sesekali kita mesti berani menentang daya gravitasi itu, kan?<br /> <br />Saya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada rekan-rekan seperjuangan khususnya untuk Polkam, Ekonomi, dan Internasional yang menjadi tempat saya bernaung. Tempat ini membangun fondasi pertama saya untuk menjadi wartawan yang lebih baik. Juga tempat saya bertemu dengan para penggila karaoke yang menjadi pelepas stres sebagian wartawan (Yay!).<br /> <br />Thank God, I found the ‘good’ in goodbyemcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-10188714221208315692011-10-09T20:31:00.000-07:002011-10-09T20:32:15.141-07:00KPK di Atas Angin atau Angin-anginan? (SOROT, Media Indonesia)CUKUP satu kali rapat konsultasi bersama Dewan Perwakilan Rakyat untuk membuat publik bercuap-cuap demi membela Komisi Pemberantasan Korupsi. Pernyataan beraroma anti-KPK dari Ketua Komisi III Benny Kabur Harman dan Wakil Ketua Komisi III DPR Fahri Hamzah membuat pendulum kini bergeser mengkritisi para politikus Senayan. <br /><br />Semboyan ‘corruptors fight back’ didengungkan unsur pimpinan komisi antisuap itu berikut deretan simpatisannya, mulai dari pensiunan militer hingga LSM-LSM. Cerita kriminalisasi terhadap anasir lembaga ad hoc memang bukan barang baru. Masyarakat tentu masih ingat bagaimana mantan Ketua KPK Antasari Azhar terjerat kasus pembunuhan pengusaha Nasrudin Zulkarnaen atau kasus dugaan penerimaan suap oleh Komisioner KPK Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto yang berakhir pada pendeponiran.<br /><br />Pada klarifikasi yang digelar di kantor KPK di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu, Chandra yang lagi-lagi dituding menerima suap kali ini oleh bekas bendahara umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin sempat mengulang-ulang ‘kisah kriminalisasi’ yang membuat dirinya ditahan beberapa hari.<br /><br />Maka, ketika ada suara sumbang dari kompleks DPR terhadap KPK, sudah barang tentu para ‘fan’ menjadi ribut. Akun jejaring sosial Twitter milik Fahri Hamzah sampai penuh celotehan mereka yang antipati terhadap politikus Partai Keadilan Sejahtera itu atas wacana pembubaran KPK yang ia lontarkan.<br /><br />KPK bisa dikatakan berada ‘di atas angin’ mengingat banjirnya simpati publik terhadap mereka. Sampai-sampai beberapa praktisi hukum yang pernah ikut dalam Tim Pembela Bibit-Chandra (TPBC) melakukan reuni dan membentuk tim advokasi dan pembela KPK. <br /><br />Kini sorotan seolah bergeser pada banyaknya suara yang menolak pembubaran terhadap lembaga antikorupsi tersebut. Padahal, masih banyak kasus-kasus besar yang sudah seyogianya mulai dikebut penuntasannya. Sebut saja kasus cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia 2004 Miranda Goeltom. Di mana keberadaan Nunun Nurbaeti selaku tersangka dalam kasus tersebut?<br /><br />Lalu, apa kabar pula penuntasan kasus Wisma Atlet dengan Nazaruddin sebagai tersangka? Terlepas dari banyaknya manuver dari kuasa hukum si mantan anggota DPR, apa itu menjadi alasan bagi KPK untuk melupakan tugasnya? Belum lagi kasus dugaan suap dalam proyek infrastruktur kawasan transmigrasi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, atau kasus dugaan korupsi pengadaan pembangkit listrik tenaga surya dengan si tersangka, Neneng Sri Wahyuni, yang tak lain istri dari Nazaruddin, masih menjadi buron Interpol di 188 negara.<br /><br />Sudah saatnya Busyro Muqoddas dkk berhenti playing victim alias menempatkan diri sebagai korban atas seluruh tudingan yang dilayangkan kepada kantor di Jalan HR Rasuna Said tersebut. Jihad melawan korupsi yang memiskinkan rakyat sudah pasti berliku dan penuh kerikil tajam. Tetapi, kalau sedikit-sedikit mengeluh atau merasa dikriminalisasi, kapan me reka bekerja? <br /><br />Jangan mentang-mentang publik tengah menaruh KPK di atas angin, lalu Busyro dkk jadi angin-anginan. Jika itu yang terjadi, namanya KPK ‘masuk angin’.<br /><br />(Amahl S Azwar)<br /><br />Terbit di rubrik SOROT, harian Media Indonesia, Senin, 10 Oktober 2011mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-50322027294923161442011-09-25T08:45:00.000-07:002011-09-25T08:55:05.825-07:00Dongeng- a short storyBEHA hitam dan kamar hotel murahan.<br />Sesosok perempuan beranjak dari ranjang berantakan. Kuku-kuku dilukisi warna gelap membetulkan letak beha di dada. Mala, nama si pedusi, menyalakan sebatang rokok dan menenggak sebotol alkohol. Rambut jatuh menutupi punggung kemudian ia gelung ke atas.<br />“Aku suka tatomu,” ujar pria telanjang yang tidur terlentang di kasur.<br />Mata Mala melirik huruf-huruf latin di lengannya kemudian berputar. Seolah pujian itu sudah terlalu sering ia dengar.<br />“Apa artinya?”<br />“Percayalah, kau tidak mau tahu. Faktanya, tidak pernah ada yang tahu kecuali si pembuat tato.”<br /> Pria kaukasian itu berdiri, masih dalam keadaan telanjang, lalu mendekatkan mukanya ke wajah Mala. Kedua lengan penuh urat-urat otot itu merengkuh punggung Mala nan mulus.<br /> “Mau coba pecahkan rekor?”<br /> Mala tergelak dan tersedak alkohol.<br /> Si pria kaukasian ia temukan menggelandang di sebuah rumah disko robotik. Sam, Smith, atau siapalah namanya. Si pria mengklaim telah meniduri seluruh wanita pendatang di tempat remang-remang itu. Seraya meletakkan pahanya di atas celana jins si pria, Mala berbisik menantang.<br /> “Mau coba pecahkan rekor?”<br /> Sejatinya, Mala hanya memandang si pria kaukasian bak anjing tersesat. Di lain pihak, Mala ini penyuka anjing. Termasuk gaya anjing yang menjadi penyebab si kasur porak poranda.<br /> “Untuk ukuran wanita Indonesia, Mala, kau terlalu banyak minum.”<br /> “Alkohol memang tidak baik untuk kesehatan. Akan tetapi, mary jane alias ganja dapat membuat tubuh terasa enak. Jadi begitulah, ganja di kala sakit dan alkohol saat bugar.”<br /> “Aw, aku yakin kau sangat bugar tadi.”<br /> Si pria kaukasian berdiri. Serentak kedua bibir itu berpagutan.<br /> “Sekadar penasaran. Kenapa beha hitam?”<br /> “Banyak hal yang bisa kau pelajari dari apa yang perempuan kenakan dan lepaskan.”<br /> “Dan untuk siapa mereka lepaskan baju itu?”<br /> “Betul,” timpal Mala.<br /> “Ada jejak rasa vodka dan tembakau di lidahmu, aku suka,” timpal pria kaukasian dengan lidah masih di rongga mulut Mala.<br /> “Kau suka?”<br /> “Sangat.”<br /> “Kau melupakan satu rasa.”<br /> “Apa?”<br /> “Sesuatu yang tadi kau minta telan.”<br /> Bibir si pria kaukasian membentuk seringai.<br /> “Kau memang spesial, Mala.”<br /> Kata-kata itu membuat Mala kembali berlutut di lantai kamar. Seringai si pria kaukasian melebar seiring terbukanya labium Mala yang mendekati selangkangannya. Bak prajurit Sparta menang perang, si pria kaukasian mengangkat kedua tangannya. Superior.<br /> Seperti Putri Tidur yang terbangun setelah dicium orang asing, Mala selalu merasa hidup dengan meniduri berbagai jenis pria yang baru ia temui.<br /> Kau hanya satu di antara mereka, Sayang.<br /> <br />***<br /> <br />Beberapa menit menjelang Matahari mendatangi ufuk timur.<br />Sepasang sepatu hak tinggi melangkah diam-diam memasuki teras rumah. Perlahan, tangan Mala mendorong pintu kayu jati. Lamat-lamat kedua matanya menangkap Bunda yang tengah duduk bertopang dagu di ruang depan. Satu piring penuh bekas kulit apel tergeletak di meja. <br />“Mala,” cetus Bunda memulai pembicaraan. “Lihat, sekarang sudah jam berapa? Perempuan baik-baik tidak ada yang baru pulang jam segini.”<br />Aku penasaran apakah sepuluh tahun lalu Bunda berpikiran sama.<br /> Mala merapatkan jaket kulitnya dan bertolak ke kamar. Bunda beranjak dari tempat duduknya dan menghambur ke putri semata wayangnya itu.<br /> “Mala, dengarkan Bunda!”<br /> “Sudahlah, Bu!” tukas Mala beringsut dari hadapan Bunda. “Begini saja, sekarang apa bedanya aku dengan dongeng Upik Abu yang dulu sering Bunda bacakan?”<br /> Tangan Bunda sudah terangkat tetapi kemudian ia turunkan kembali. Ingatan Mala kembali pada sekelumit kisah Upik Abu yang keluar tengah malam demi mengejar impiannya.<br /> Cinderella sudah berjanji akan pulang sebelum tengah malam. Namun, ia tetap bersikukuh tinggal di pesta dansa hingga satu per satu keajaiban Ibu Peri memudar.<br />“Sana, masuk kamar!” dentuman suara Bunda mengembalikan Mala ke bumi.<br /> “Dengan senang hati.”<br /> <br />***<br /> <br /> Akhir bulan.<br />Mala mengendap-endap masuk ke kamar Bunda. Jari jemarinya ia jentikkan sebelum menarik pegangan pintu lemari. Tepat saja, sebuah peti kayu yang terbuka sedikit ada di laci tengah. Karuan saja hati Mala bersorak-sorai. Sebuah solusi untuk melunasi hutang-hutangnya ia temukan.<br />Ketemu, pekik Mala dalam hati.<br />“Mala!” pekik Bunda di belakang Mala.<br />Mala terkaget, semenit lalu perempuan setengah baya itu masih tertidur pulas.<br />Dasar Pinokio, hardik Mala dalam hati.<br />Tenaga Bunda tiba-tiba luar biasa. Pundak Mala yang sepuluh senti lebih tinggi ia tarik dan hempaskan ke ranjang. Putri semata wayangnya satu itu.<br />“Mala! Apa-apaan ini?”<br />Bunda menutup lagi peti kecil berisikan kalung, cincin, dan giwang emas.<br />“Mala, ini tidak benar. Bunda tidak menyangka kamu sampai hati mencuri perhiasan ini.”<br />“Bunda ini hipokrit!”<br />Kulit tangan berbenturan dengan pelipis rasanya tidak enak.<br />“Bunda ini kenapa, sih?” gerung Mala mengusap-usap bekas tamparan sang Ibu.<br />“Bukankah dongeng Robin Hood yang dulu sering Bunda bacakan memperlihatkan bahwa mencuri itu tidak apa-apa?”<br />“Itu beda, Mala! Robin Hood itu mencuri untuk memberikannya kepada mereka yang membutuhkan!”<br />“Aku orang yang membutuhkan, Bunda!”<br />Mala mengibaskan rambutnya dan meninggalkan kamar Bunda. Bunda mengawasi seksama tatkala punggung mulus si anak menjauh.<br />Dan Robin Hood menyerahkan uang hasil curian dari Raja Tamak kepada fakir miskin.<br /> <br />***<br />Kali ini, botol alkohol ditenggak Mala di meja makan. Ia duduk berhadap-hadapan dengan Bunda. Mereka baru saja menghabiskan potongan-potongan apel yang Mala tidak suka sebelum Bunda mendeham.<br />“Ada apa lagi, Bunda?”<br />Mala melengos.<br />“Bunda ingin kamu jujur, Mala.”<br />“Tentang apa?”<br />Bunda mengangkat sebuah kemasan alat kontrasepsi dan melemparnya tepat ke sebelah piring apel.<br />“Kenapa bisa ada benda ini di kamar kamu? Siapa yang kamu ajak tidur di kamar?”<br />“Bukan urusan, Bunda!”<br />“Mala, kau tidak boleh berbohong. Itu dosa."<br /> Maya memutar matanya.<br />"Tenang, Bu. Aku hanya mencontoh dongeng Pinokio. Buku yang dulu sering Ibu bacakan? Dia kan tukang bohong."<br />Bunda hanya bisa mengusap-usap dada.<br />Hidung Pinokio selalu memanjang setiap ia berbohong.<br /> <br />***<br /> <br />Ibarat biji kopi yang mulai ranum, Mala mulai meramu balon-balon pikirannya. Otak Mala tengah mem-brew memori di pikirannya. Sembari mengisap rokok mentholatum, satu persatu balon pikiran Mala pecah dan ia pun memutar lagi cerita masa kecilnya.<br />Bagaimana ia mendengar suara sang Ayah memaki-maki Bunda yang selalu keluyuran tengah malam.<br />Bagaimana sang Ayah mendamprat habis Bunda yang ketahuan menyelundupkan kartu kreditnya dan membeli perhiasan-perhiasan mahal.<br />Suatu hari, mata Mala menangkap sosok gelap menikam punggung sang Ayah yang tengah terlelap. Si perampok, hanya itu identitas yang Mala tahu, mencumbu Bunda sebelum kabur di tengah kegelapan malam.<br />Di hadapan polisi, Bunda menampilkan penampilan ala teater dan bersumpah atas nama Bunda Maria dirinya tidak tahu apa-apa.<br /> Tidak ada yang percaya pada bualan anak kecil, batin Mala kecil. Kisah Alice di Negeri Ajaib mengilustrasikan ini semua.<br />Mala pun hanya meringis ketika Bunda membacakan cerita-cerita dongeng tiap malam dan mencekokinya buah apel yang tidak pernah ia suka.<br /> <br /> <br />***<br /> <br /> Suatu hari Mala kembali pulang dari diskotik lewat tengah malam. Begitu membuka pintu, terkejut Mala melihat sang Ibu tengah bercumbu di ruang tamu dengan tujuh pria sekaligus.<br />"Ibu? Apa-apaan ini?"<br />“Tenang, Mala. Apa bedanya pertunjukan ini dengan dongeng Snow White alias Putri Salju yang tinggal bersama tujuh pria sekaligus? Terima kasih, Mala, kau menginspirasi Bunda."<br />Mata Mala jatuh pada tangan-tangan pria yang mengusap-usap dada Bunda. Ia pun beringsut ke kamar dan tak memedulikan lenguhan lembu yang memenuhi ruang tamu. Diam-diam, ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan menyambangi dapur.<br />Mala membuka kulkas dan menemukan potongan-potongan apel di rak nomor dua.<br />Dengan khidmat, Mala membubuhkan racun tikus ke tiap-tiap potongan apel.<br />Sudah lama aku tunggu momen ini, Bunda. Oh, jangan salah. Akan kupastikan akhir ceritamu berbeda jauh dengan Putri Salju. Karena, Bunda, meski tadi kau bilang tingkah kumpul kebomu ibarat dongeng itu, kau bukan Putri Salju.<br />Akan kupastikan tiada pangeran yang akan membangunkanmu nanti.<br />Senyum artifisial menghiasi wajah Mala yang memastikan hidangan apel itu ada di meja keesokan harinya.<br /> <br />Kebon Jeruk, Desember 2010<br /> <br />Diterbitkan di Majalah Esquire, edisi Februari 2011mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-63614566993152046332011-07-09T00:00:00.000-07:002011-07-09T00:03:21.209-07:00Kala Sepupu Nunun Cari 'Suaka' ke Gedung Jasa Rahardja<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTTEuO5V9I_yKysuwKYHDjCNuWB9Sw_0_6SmfBdlJDLumYLU0DjBD60wtVgbl2s4tlM7xQlXidBQowdt2kdATJjpXnk-xIuSDpXviPVECl458X7m8CEZymSF0cwWVzuRaQLFsWkFLbdX2t/s1600/115720_sepupu-nunun-nurbaeti--yane-yuniarni-alex.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTTEuO5V9I_yKysuwKYHDjCNuWB9Sw_0_6SmfBdlJDLumYLU0DjBD60wtVgbl2s4tlM7xQlXidBQowdt2kdATJjpXnk-xIuSDpXviPVECl458X7m8CEZymSF0cwWVzuRaQLFsWkFLbdX2t/s400/115720_sepupu-nunun-nurbaeti--yane-yuniarni-alex.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5627244415024019154" /></a><br /><br />(gambar diunduh dari VivaNews.com)<br /><br /><br />PADA Jumat (8/7) sekitar pukul tiga atau empat sore. Seorang perempuan berambut pendek, dengan kardigan merah jambu garis-garis putih dan rok hitam terlihat santai keluar dari ruang steril gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan muka datar, ia terlihat mengetik tuts di telepon genggamnya. Air muka Yane Yunarni Alex, perempuan itu, berubah pucat saat seorang juru foto mengenali dirinya sebagai sepupu Nunun Nurbaeti, tersangka kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) pada 2004.<br /> <br />Perempuan yang juga menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Wahana Esa Sembada (perusahaan yang dirintis Nunun) itu memang tengah diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Nunun dalam kasus cek pelawat. Dengan tinggi hanya sekitar 150 sentimeter, Yane berupaya meloloskan diri dari para wartawan tulis dan juru foto. Ia mengangkat tangan seolah berupaya menepis pertanyaan yang bertubi-tubi.<br /> <br />"Saya tidak tahu Ibu Nunun sekarang berada di mana. Nanti tanya Pak Adang (Wakapolri Komjen (Purn) Adang Daradjatun, suami Nunun) saja. Aduh, nanti saya jadi sakit," cetus Yane saat nyaris terantuk salah satu kamera televisi.<br /> <br />Menurut seorang petugas keamanan, Yane diperiksa sejak pukul 09.30 WIB. Yane kemudian keluar dari ruang steril gedung KPK sekitar pukul tiga atau empat sore. Kedatangan sepupu Nunun ini juga sempat tidak diketahui wartawan. Walau mendapat kabar dari Ina Rachman, kuasa hukum keluarga Nunun, tidak terlihat mobil berhenti di lobi gedung KPK yang mengantarkan Yane.<br /> <br />Kepada belasan wartawan yang menghalanginya, Yane kebanyakan bungkam atas pertanyaan. Ia hanya menanggapi tudingan politisi Partai Golkar, Fahmi Idris bahwa Nunun kabur ke luar negeri menggunakan paspornya. Tuduhan dari mantan menteri perindustrian itu dilontarkan pada 8 Juni lalu. Fahmi, saat itu, mengatakan kemiripan paras Yane dan Nunun menjadi dasar kecurigaannya.<br /> <br />Yane menegaskan tidak pernah sekalipun meminjamkan paspor kepada orang lain.<br /> <br />"Seumur hidup saya, tidak pernah sekalipun saya meminjamkan paspor untuk dipakai siapa pun," ucap Yane terengah-engah.<br /> <br />Lebih dari itu, Yane tidak banyak lagi berkomentar. Ia juga tidak memberikan informasi dimana keberadaan Nunun yang kini diburu interpol di 188 negara. Ia juga mengaku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Nunun yang sempat berobat ke Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura pada Mei 2011 lalu.<br /> <br />"Dari kecil saya ketemu Ibu Nunun. Sudah, sudah, sudah, sudah. Enggak tahu saya kapan terakhir berkomunikasi. Pak Adang yang selalu berkomunikasi," ujar Yane yang berusaha berkelit menghindar saat dikejar sampai trotoar.<br /> <br />Yane terus dihadang wartawan hingga mencapai pelataran parkir gedung Jasa Raharja yang memang berada di sebelah gedung KPK. Ia pun bergegas kabur pintu depan gedung Jasa Raharja yang dijaga dua orang satpam. Seolah mencari suaka, Yane tanpa ba-bi-bu langsung ngacir ke dalam gedung sementara dua satpam pasang badan kepada pers.<br /> <br />Pada pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor) yang berlangsung 2 Mei lalu, Sumarni selaku sekretaris Nunun mengaku pernah menjenguk Nunun yang tengah berobat di Singapura. Sumarni yang menjadi saksi terhadap lima orang tersangka cek pelawat dari Fraksi PDIP mengaku menjenguk Nunun yang tengah berobat di Singapura sekaligus mengantarkan obat-obatan untuk Nunun.<br /> <br />Menurut Sumarni, ia sesekali menanyakan kondisi kesehatan Nunun kepada Adang serta Yane, sepupu Nunun. Sumarni juga mengaku tahu informasi Nunun bolak-balik berobat ke Rumah Sakit Mount Elizabeth dari kedua orang tersebut<br /> <br />Seperti Nunun yang mencari 'suaka' dan kabur ke negeri orang mulai dari Singapura dan kini diduga ada di Thailand atau Kamboja, Yane juga menggunakan cara yang sama. Semoga saja level gedung Jasa Raharja ini tidak akan berlanjut ke level negara. Apalagi kalau tudingan peminjaman paspor itu terbukti benar adanya, semoga.<br /> <br />(SZ)mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-58725115505626994232011-04-16T07:52:00.000-07:002011-04-16T09:16:49.674-07:00Mereka Bukan Bajak Laut Karibia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_u-hhUtpZpe1F9eqgBGsvwnkJnE1V0d32lf2RWZF63uVPUITv3fictrJS6g_5ghY2cN-sDk1BXbNM62pVAqLt2iFjI7mqlHocDP2wQovQBmG1U6sTFiilP1dejcZ9CGU693i8_3CIo3fz/s1600/REU-201101-030931.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 190px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_u-hhUtpZpe1F9eqgBGsvwnkJnE1V0d32lf2RWZF63uVPUITv3fictrJS6g_5ghY2cN-sDk1BXbNM62pVAqLt2iFjI7mqlHocDP2wQovQBmG1U6sTFiilP1dejcZ9CGU693i8_3CIo3fz/s400/REU-201101-030931.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5596216044426775634" /></a><br /><br />(foto diambil dari <span style="font-style:italic;">Reuters</span>)<br /><br /><br />JANTUNG Kapten Slamet Juari berdegup kencang saat Kapal Sinar Kudus yang ia nakhodai melintasi Laut Arab, pada 16 Maret lalu. Seraya merapal doa, Slamet meneruskan pelayaran kapal yang mengangkut bijih nikel PT Aneka Tambang (Antam) menuju Rotterdam, Belanda<br />.<br />"Saya khawatir ketika melewati Teluk Aden. Ada Somalia di bawahnya, kami dengar banyak terjadi perompakan di situ," ujar Slamet yang dihubungi <i>Media Indonesia</i> melalui sambungan internasional, beberapa waktu lalu.<br /><br />"Namun, sudah jalan masa kita mau balik," tutur suami Isyam Yuni Astuti ini.<br /><br />Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Pukul 10.30 waktu setempat, saat kapal milik PT Samudera Indonesia itu berada 400 mil di atas Somalia, dua <i>speedboat</i> turun dari kapal ikan. Sadar akan bahaya yang mengancam, Slamet dan 19 anak buah kapal (ABK) WNI lainnya berupaya menghindar dan bergerak ke utara. Namun, kapal lainnya sudah menghadang laju Sinar Kudus. Berondongan AK-47 pun terus menghujam bagian dermaga kapal.<br /><br />"Kayak di film-film saja. Hanya dalam waktu 5 atau 10 menit, empat orang di speedboat pertama naik ke kapal menggunakan tangga yang bisa dipanjangkan. Mereka minta agar kapal dihentikan dan kami pun menyerah.<br />Kami sudah mencoba, tetapi apa artinya melawan senjata otomatis."<br /><br />Hari-hari penyanderaan bagi Slamet dan ABK lainnya pun dimulai. Awalnya, perlakuan kelompok perompak yang berjumlah 35 orang cukup ketat. Mereka dikumpulkan dalam satu base kapal. Waktu makan digilir dan ke kamar mandi pun diawasi. Kapal Sinar Kudus pun sempat dipakai kawanan pembajak untuk mencari mangsa lain. Mereka berputar-putar sampai ke Laut Arab sebelum akhirnya kembali ke perairan Somalia.<br /><br />Lambat laun, hubungan baik perompak Somalia maupun kru kapal yang sesama muslim mulai melunak. Satu atau dua pembajak belakangan mulai ikut beribadah bersama WNI di Kapal Sinar Kudus. Salah seorang di antara mereka adalah Mohamed Salah, 38, pemimpin pembajak yang hanya memiliki tinggi 160 sentimeter. Slamet mengatakan Mohamed Salah yang keturunan Somalia-Yaman, tinggal di Arab Saudi, dan sempat menetap di Afghanistan cukup baik memperlakukan para ABK. Keadaan itu dimanfaatkan Slamet dengan memohon belas kasihan kepada para perompak.<br /><br />"Saya dekati dia, menunjukkan kondisi perut saya yang sakit. Air dan makanan yang semakin menipis. Tolonglah dikurangi uang tebusan itu.<br />Kami tidak sanggup," tutur Slamet.<br /><br />Perompak Somalia yang semula menuntut US$2,6 juta (sekitar Rp23 miliar) kemudian naik ke US$3,5 juta, melunak. Mereka menyetujui penurunan jumlah tebusan sampai US$3 juta dengan catatan harus segera ada pernyataan. <br /><br />Kendati demikian, detik-detik kepastian pembayaran tebusan sempat diwarnai kejengkelan para perompak. Pada Jumat (15/3) pada pukul 11.00 waktu Somalia (15.00 WIB), PT SI mengirim pernyataan kesanggupan membayar tebusan sebesar US$2,8 juta. Padahal, PT SI awalnya menyatakan sepakat atas tuntutan US$3 juta dari bajak laut. Mohamed Salah dkk jengkel dan langsung menaikkan uang tebusan menjadi US$3,050 juta.<br /><br />Baru pada jam 15.00 waktu Somalia atau 19.00 WIB, PT SI melayangkan pernyataan kesanggupan kompensasi kembali ke US$3 juta. Setelah dibujuk para ABK, perompak Somalia akhirnya menyetujui jumlah tersebut. Otomatis. perlakuan perompak Somalia terhadap para AKB berangsur membaik. Meski pengawasan terhadap sandera masih ketat, komunikasi para bajak laut jauh lebih lunak. Kawanan perompak yang berjumlah 35 orang sebelumnya sering bertengkar satu sama lain. Tingkah mereka sering merisaukan para sandera yang takut jadi sasaran empuk.<br /><br />"Pagi ini kami dengar mereka berlari-larian dan berlatih senjata, kami sempat sembunyi karena takut. Lalu para perompak bilang 'No problem, kami hanya sedang latihan'. Otomatis, perlakuan mereka membaik," tutur Slamet, Sabtu (16/4). <br /><br />Saat ini, perompak Somalia yang dipimpin Mohamed Salah tengah menunggu realisasi pengiriman tebusan dari Jakarta. Mereka meminta percepatan pengiriman melalui penerbangan ke salah satu bandara di Dubai, Djibouti, atau Nairobi (Kenya) pekan depan. Adapun penandatangan kesepakatan dari perompak telah dikirim ke PT SI melalui e-mail. <br /><br />Secara umum kondisi para ABK sendiri mulai membaik. Slamet Riyadi, 58 tahun, ABK yang sempat mengalami diare dan depresi berat malah menangis terharu mendengar kabar kesanggupan PT SI. <br /><br />"Dia menangis terharu, minimal ada harapan untuk hidup. Sekarang semangat dia terbakar lagi tetapi kita tetap jaga terus. Insya Allah tidak ada apa-apa nantinya," ujar Slamet.<br /><br /><b>Terorganisasi</b> <br /><br />Pembajakan di laut sepertinya telah berubah dari fenomena kawasan menjadi bisnis kriminal global. Perompakan terhadap kapal Turki beberapa tahun lalu bisa jadi bukti awal.<br /><br />"Mereka sering kali menghubungi London dari kapal mereka," ujar Haldun Dincel, general manager perusahaan perkapalan Turki, Yardimci, yang sempat terlibat negosiasi dengan perompak Somalia.<br /><br />Haldun mengatakan perompak menggunakan telepon satelit yang mereka bawa untuk mengontak para konsultan mereka. London, sambung Dincel, menjadi salah satu pusat yang sering dihubungi pembajak setelah kapal tanker diambil alih. "Setiap hari pemimpin perompak berhubungan dengan orang-orang dari London, Dubai, dan kadang Yaman," ujar Dincel.<br /><br />Menurut harian <i>The Guardian</i>, setidaknya satu dari empat atau lima kelompok bajak laut terbesar saat ini menggunakan jasa `konsultan' yang berbasis di London untuk memilih target. Pada tiap kasus, seluruh pembajak tahu persis mengenai apa yang diangkut kapal, berapa muatan kargo, serta negara asal kapal tersebut. Konsultan-konsultan ini, menurut Dincel, merupakan orang-orang yang bekerja di dalam industri. <br /> <br />"Mereka tahu tentang kapal, arah kapal, di mana pelabuhan mereka, segalanya. Mereka tahu apa yang mereka lakukan," pungkasnya.<br /><br />(SZ/BBC/Guardian/ I-5)mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-80183168328276759592011-04-03T06:32:00.000-07:002011-04-03T06:39:15.419-07:00Gadis Jubah Merah dengan Pakem Twilight<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKuEo1AiLVptFnoJCXhzi7X0f7t0nTulSd3PHon8ZWZrcvq9U9RAUIPyE5pu5we89ZJl0kbkj8A0Iwa5UJ510GdOPW_7a_kYJ6TxkRNcdRvARU0ZRkdNdRcCknK1mloplFlokZ_qYbpNpN/s1600/RedRidingHood%25282011%2529%25281%2529.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 250px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKuEo1AiLVptFnoJCXhzi7X0f7t0nTulSd3PHon8ZWZrcvq9U9RAUIPyE5pu5we89ZJl0kbkj8A0Iwa5UJ510GdOPW_7a_kYJ6TxkRNcdRvARU0ZRkdNdRcCknK1mloplFlokZ_qYbpNpN/s400/RedRidingHood%25282011%2529%25281%2529.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5591351393960818114" /></a><br /><br /><br /><br />"<i>Grandmother, what a big teeth you have?"<br />"The better to eat you with.</i>"<br /><br />MASIH ingat sepotong dialog antara si jubah merah dan serigala hitam yang menyamar sebagai neneknya? Catherine Hardwicke, pelopor seri film Twilight (2008) berupaya menceritakan ulang dongeng asal Benua Eropa sebelum abad ke-17 ini. Lalu, apakah Hardwicke terjebak dalam format remaja ceroboh yang terlibat cinta segitiga dengan vampir tampan dan manusia serigala berbadan model celana dalam Calvin Klein?<br /><br />Film dibuka dengan lanskap Desa Daggerhorn yang bertaburan salju dan bagaimana remaja putri Valerie (Amanda Seyfried, <i>Mean Girls</i>) mengenang kembali pesan ibunya agar jangan percaya dengan orang asing. Pesan itu ia langgar setelah jatuh cinta kepada penebang kayu Peter (Shiloh Fernandez). Padahal, kedua orang tuanya sudah menjodohkan dirinya dengan Henry (Max Irons), anak pandai besi kaya raya Adrian Lazar (Michael Shanks). <br /><br />Ajakan Peter agar Valerie kabur bersama dirinya hanya berselang 5 menit sebelum teror serigala kembali menghantui Desa Daggerhorn. Setelah bertahun-tahun tidak ada korban manusia, serigala jadi-jadian kembali membantai korban yang tak lain merupakan kakak kandung Valerie, Lucie (Alexandria Maillot).<br /><br />Daggerhorn pun kedatangan pendeta garis miring pemburu penyihir Father Solomon (Gary Oldman) yang menuding salah satu warga desa adalah manusia serigala atau setidaknya ikut membantu. Masalah semakin runyam ketika serigala berhasil memojokkan Valerie pada beberapa malam berikutnya. Alih-alih menyerang, Valerie ternyata dapat mengerti geraman-geraman serigala dan bercakap-cakap (masih ingat bagaimana Harry Potter dapat berbincang dengan ular? Seperti itulah).<br /><br />Perbincangan tersebut membuat Valerie mulai mereka-reka siapa sesungguhnya manusia serigala tersebut. Bisakah Valerie membuka tabir sebelum bulan-bulan merah berakhir? Sementara Father Solomon dengan tangan besi mulai membabi buta dan tidak segan-segan membunuhi warga yang ia curigai menjadi antek-antek serangan serigala.<br /><br /><b>Freudian</b><br /><br />Hardwicke sepertinya ingin keluar dari formula klise ala Twilight. Salah satu referensi yang dipergunakan Hardwicke ialah buku The Uses of Enchantment karya almarhum Bruno Bettelheim, penulis psikologi anak Amerika Serikat. Bettelheim yang menyitir analisis Freudian menilai kisah gadis kecil berjubah merah atau little red riding hood menggambarkan bagaimana dongeng anak mengedukasi pikiran anak-anak. Bettelheim menginterpretasikan motif si pemburu dengan membelah perut serigala dan menyelamatkan si jubah merah sebagai sebuah kesempatan kedua.<br /><br />"Anak kecil yang dengan bodohnya percaya akan tipu daya serigala dilahirkan kembali sebagai manusia baru," tulis Bettelheim.<br /><br />Masih ada pula deretan aktor mulai dari Seyfried, bintang 1960-an Julie Christie (<i>The Fast Lady</i>), dan pemeran Sirius Black dalam seri Harry Potter Gary Oldman. <br /><br />Selain itu, penggambaran karakter gadis jubah merah Valerie juga sangat berbeda dari dongeng masa kecil. Red riding hood yang Anda saksikan adalah seorang perempuan yang sudah mulai dewasa secara seksual. Mungkin ini cara Hardwicke untuk mengakomodasi interpretasi bahwa kisah jubah merah menggambarkan proses akil balig remaja putri.<br /><br />Jack Zipes dalam esai <i>The Trials and Tribulations of Little Red Riding Hood</i> mengatakan jubah merah dalam dongeng ini dapat disimbolkan sebagai proses menstruasi perempuan. Hutan gelap yang mesti ditembus jubah merah juga dianalogikan sebagai lika-liku remaja putri menuju kedewasaan. Sementara peran serigala, Anda sudah bisa tebak sendiri, menyimbolkan peran pria dalam proses pendewasaan perempuan. Baik itu kekasih, penggoda, maupun pemangsa.<br /><br /><b>Masih Twilight</b><br /><br />Hardwicke belum sepenuhnya melepaskan diri dari formulasi Twilight yang membesarkan namanya. Film adaptasi novel Stephanie Meyer yang meraup keuntungan US$400 juta itu memang melambungkan nama Hardwicke. Namun, perempuan yang juga pernah menggarap film independen <i>Thirteen</i> (2003) dan film Injil <i>The Nativity Story</i> (2006) itu memutuskan keluar dari tim produksi saat <i>Twilight</i> memasuki sekuel.<br /><br />Dari sisi pemeran pria utama, Shiloh Fernandez sekilas mirip dengan Robert Pattinson yang menjadi Edward Cullen dalam seri <i>Twilight</i>. Usut punya usut, Fernandez ternyata pernah bersaing dengan Pattinson untuk memenangi peran Cullen.<br /><br />Sementara untuk karakter Henry yang tetap setia menolong Valerie meski sudah ditolak, tidakkah mengingatkan Anda pada cinta mati manusia serigala Jacob Black kepada Bella Swan di kisah <i>Twilight</i>? Apalagi, Taylor Lautner yang memerankan Black juga sempat akan ditawari peran Peter dalam <i>Red Riding Hood</i>.<br /><br />Keseluruhan, akting Amanda Seyfried memang menjadi daya tarik utama film ini. Mata bulat Seyfried yang berwarna biru bisa menangkap seluruh emosi <i>Red Riding Hood</i>. Garis-garis muka Seyfried juga berubah-ubah mulai dari kepanikannya saat sang kakak tewas, rasa penasaran terhadap tingkah aneh orang-orang di sekitarnya, wajah berani saat mengonfrontasi si serigala, dan kegugupannya saat mengajukan pertanyaan seperti, "Nenek, besar sekali matamu? Besar sekali telingamu? Dan besar sekali gigi-gigimu?" <br /><br />Apa pun itu, mari kita nikmati saja suguhan dongeng versi dewasa ala Hardwicke di film yang juga diproduseri aktor Leonardo DiCaprio ini. Berikutnya mari kita tunggu upaya Hardwicke untuk keluar dari formulasi <i>Twilight</i>. Semoga nanti Hardwicke kembali dapat mengejutkan kita seperti kisah <i>Thirteen</i> sebagai antitesis <i>teen-flicks</i> atau <i>The Nativity Story</i> yang menginterpretasikan ulang kisah pembantaian bayi laki-laki di Bethlehem pada masa lalu.<br /><br />(SZ)mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-57379478011785916562011-03-02T05:30:00.000-08:002011-03-02T05:33:42.389-08:00West Wing Gagal ala YudhoyonoIBARAT serial televisi Holywood berjudul <i>West Wing</i>, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menaruh orang-orang yang kritis di lingkaran dalam Istana. Mantan-mantan aktivis pun seakan mengalami goncangan budaya alias <i>culture shock</i> yang membuat mereka terlalu banyak berkomentar secara informal dan merembet ke personal. Padahal, kalau mau meniru <i>West Wing</i>, seharusnya 'manusia-manusia hebat' itu lebih banyak bekerja di belakang layar. <br /><br />Ketika Soeharto memimpin, fungsi kehumasan negara biasanya diemban oleh Menteri Penerangan Harmoko atau Moerdiono yang saat itu menjabat sebagai Mensesneg. Maka, kalau dibandingkan dengan sekarang, seharusnya Mensesneg Sudi Silalahi yang banyak berbicara. Kenyataannya? Hampir semua lingkaran dalam Istana ikut sumbang suara. <br /><br />Selain Dipo Alam, mantan aktivis 1978 yang kini menjadi Sekretaris Kabinet, SBY menaruh aktivis-aktivis 1990-an di sangkar kekuasaannya. Sebut saja Andi Arief yang menjadi staf khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana yang dulunya aktif sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fisip UGM 1993-1994 dan Pemimpin Umum Majalah Mahasiswa Fisipol 1994-1995. Belum lagi dua juga staf khusus Presiden Velix Wanggai dan Denny Indrayana. Velix yang kuliah di jurusan Hubungan Internasional UGM menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah sementara Denny yang kini menjabat sebagai staf khusus bidang hukum sempat menjadi aktivis pers Mahasiswa Fakultas Hukum UGM. <br /><br />Baru-baru ini, Dipo dan Andi membuat geger publik akibat pernyataan yang begitu reaktif dan terkesan tidak dipikir masak-masak. Dipo dengan provokasi untuk memboikot dua media televisi dan satu media cetak yang kritis, Andi via akun jejaring sosial <i>Twitter</i> menghabiskan waktu untuk berdebat dengan Wakil Sekjen DPP PKS Fahri Hamzah. Apakah mereka mengalami goncangan budaya sehingga lupa diri akan jabatan publik yang diemban? Apakah mereka masih butuh waktu lagi untuk penyesuaian menjadi pejabat publik?<br /><br />Menyitir sambutan WS Rendra saat menerima Penghargaan Akademi Jakarta (1975), metafora negara antara lain diibaratkan dengan penjaga tubuh dan penjaga roh. Peran masing-masing tak tergantikan dan tidak dapat dirangkap. Nah, penjaga roh seperti cendekiawan dan seniman berada di luar struktur kekuasaan. Mereka berumah di angin dan bertugas memberikan inspirasi dan daya hidup kepada masyarakat. Penjaga tubuh, dalam hal ini Pemerintah, membutuhkan suara kritis penjaga roh. Jadi, mengutip Hamdi, pekerjaan pengamat seperti para tokoh lintas agama memang cuma teriak-teriak saja. Justru, pejabat publik yang punya posisi harus lebih banyak berbuat dan bekerja ketimbang bicara melulu.<br /><br />Sepantasnya, pejabat publik sedikit mengerem keinginan untuk berkicau di akun <i>Twitter</i> dan lebih fokus pada pekerjaan. Apabila ada hal-hal yang ingin disampaikan ke publik, sebaiknya cukup satu pintu saja yakni juru bicara Presiden Julian Aldrin Pasha. Terlalu banyak pintu-pintu informal malah akan menimbulkan kekacauan di muka publik. Jangan salah, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pun punya <i>Twitter</i>. Tetapi apa yang dilakukan Obama lebih pada pernyataan-pernyataan resmi sebagai perpanjangan fungsi kehumasan pemerintahan 'Negeri Paman Sam'. Jangan samakan dengan debat <i>Twitter</i> ala Andi versus Fahri Hamzah yang sesungguhnya sudah bukan pada tempatnya lagi. <br /><br />Katakanlah, para staf khusus itu membela diri bahwa pernyataan mereka murni sebagai pribadi, tentu saja itu akan susah. Bagaimanapun, mereka sudah menjadi pejabat publik sekarang dan bisa saja orang akan menafsirkan ucapan mereka sebagai bagian dari kebijakan Pemerintah. Seorang Obama pun tidak pernah berdebat di <i>Twitter</i> dan pernyataan yang ia buat murni pernyataan-pernyataan resmi selaku orang nomor satu 'Negeri Paman Sam.'<br /><br />Lalu, apa yang membuat Dipo dan Andi mudah panas dan meledak di dalam menghadapi kritik Pemerintah? Setidaknya ada beberapa teori yang mungkin bisa menjelaskan. Pertama, kebiasaan cari muka dari pejabat publik kepada bos besar. Sebetulnya wajar saja apabila seseorang tunduk kepada sang atasan. Seorang Wimar Witoelar pun, meski aktivis, tetap membela almarhum Gus Dur saat menjadi RI 1. Setiap orang harus memihak sesuai dengan posisi politik yang berbeda-beda. Hanya, ditilik dari fakta bahwa masih ada jalan formal apabila merasa pemberitaan di media merugikan, seperti jalur hukum via somasi atau Dewan Pers, Dipo sudah melakukan kesalahan besar. Cara menghasut seperti yang dilakukan Dipo malah menjadi blunder tersediri karena hampir semua analis mengatakan itu kontraproduktif. <br /><br />Kedua, kemungkinan ada semacam kesepakatan politik tersendiri pada lingkaran dalam SBY. Mungkin, Dipo tidak lebih dari sebuah bemper yang dilakukan untuk mengetes air atas sebuah kebijakan yang sebenarnya memang dari SBY. Tuan besar SBY pun tetap selamat. Bisa saja, mungkin sebenarnya memang Pak SBY yang kesal sama media. Namun, tentu bisa kacau kalau pernyataan yang bikin geger itu sampai keluar dari mulut seorang Presiden. Pengiriman sinyal pun dilakukan oleh Dipo. Presiden, seolah berkata: kamu aja yang ngomong deh. Tanpa bermaksud terjebak pada pola viktimisasi, Dipo bisa saja hanya bemper. Alias korban.<br /><br /><i>Artikel ini merupakan artikulasi dari hasil wawancara dengan Hamdi Moeloek, pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Jumat (25/2). </i>mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-2483304152984128532011-01-23T11:21:00.000-08:002011-01-23T11:30:59.655-08:00BURLESQUE, Duet Sri Panggung Lintas Generasi<span style="font-style:italic;"><br />Film penuh penghiburan dalam bingkai nada-nada indah.<br />Akting Christina Aguilera sedikit di atas harapan dan Cher<br />menyempurnakannya.<br /></span><br /><br />“WELCOME to Burlesque! Meski tanpa jendela, kami memiliki pemandangan terindah di seluruh Los Angeles,” sambut seorang pria yang jelas-jelas gay kepada Alice Maryln Rose alias ‘Ali’ (diperankan penyanyi pop Aguilera).<br />Karena dibujuk begitu, Ali yang seharian gagal mendapatkan<br />pekerjaan di LA lantas pasrah menyerahkan dua lembar US$10 yang ia miliki. Ali begitu ingin mengintip pertunjukan glamor di kelab kecil tersebut. Para penampil di Burlesque memang terkenal sebagai penari dan penyanyi lip sync yang memikat.<br />Bersama langkah Ali memasuki kelab, penonton akan terkesima menyaksikan penampilan biduanita Tess (Cher, Tea with Mussolini) di nomor Welcome to Burlesque. Ketika bertepuk tangan pada not terakhir, Ali pun bertekad menjadi salah satu penampil di panggung tersebut.<br />Setelah banting tulang menjadi waitress dan ikut audisi untuk menggantikan salah satu penari yang hamil, Ali akhirnya mendapatkan kesempatan untuk tampil di panggung. <br />Suatu ketika, Tess yang juga pemilik kelab dibuat pusing oleh si bintang utama saat itu, penari pecandu alkohol Nikki (Kristen Bell). Ia pun menyuruh Ali menggantikan Nikki. Dibakar cemburu, Nikki menyabotase mikrofon Ali yang sedang menyanyi lip sync.<br />Tess yang berada di balik layar panik setelah satu per satu penonton<br />angkat kaki dari kelab. Tirai pun ditutup.<br />Namun, apa yang terjadi? Ali pun membuka mulut dan berimprovisasi di lagu Tough Lover dengan karakter suaranya yang bervibra. Para penonton, penari latar, Tess, dan bahkan Nikki terkesima. Tirai kembali<br />dibuka, penonton bersorak sorai dan Tess pun mendaulat Ali sebagai bintang utamanya mulai malam itu.<br />Sepanjang 119 menit, fi lm ini berkutat pada perjuangan Tess menyelamatkan Burlesque miliknya dari kepailitan, tekad Ali<br />menjadi seorang megabintang dibumbui drama percintaan dengan bartender Jack (Cam Gigandet), serta suka duka kehidupan penari bar.<br /><br /><b>Klise</b><br /><br />Ide cerita itu, diakui sutradara Steve Antin, berawal dari penampilan band The Pussycat Dolls bersama Aguilera di awal 2000-an di kelab Neo-<br />Bur lesque. Kebetulan, Antin kakak Robin Antin (pendiri The Pussycat Dolls).<br />Plot cerita dibuat Antin sederhana saja, bahkan klise. Seorang perempuan muda penuh bakat mengejar impian ke ke kota besar.<br />Jadi, jangan harapkan alur cerita nan satir dan kompleks ala adaptasi Broadway seperti Chicago (2002) atau Nine (2009) di film ini.<br />Meski trailer film ini tergolong menjanjikan, sebetulnya banyak adegan yang bisa dieksplorasi.<br />Misalnya Nikki yang menyebalkan akan lebih menarik jika kompleksitas karakternya lebih terlihat. Begitu pula Georgia (diperankan penari Julianne Hough) yang setelah hamil di luar nikah sepertinya ‘mudah’ saja mendapatkan happy ending.<br />Jika dibandingkan, film Dreamgirls (2006) yang juga adaptasi Broadway setidaknya masih memperlihatkan konflik antara Deena Jones (Beyonce<br />Knowles), Effie White (Jennifer Hudson), dan manajer mereka Curtis Taylor Jr (Jamie Foxx).<br />Hasilnya, kisah Dreamgirls lebih epik walaupun ide kedua film itu sama-sama mengenai mengejar impian. Hanya, mungkin perlu diingat bahwa ide Antin untuk Burlesque memang cukup orisinal alias bukan adaptasi karya lawas. Seperti Robin, adiknya, Antin memang piawai menampilkan adegan penuh akrobat, bulu angsa, glitter, dan stoking jaring-jaring di film ini.<br />Di luar alur cerita yang sebetulnya biasa saja, cukup menyenangkan melihat film musikal dewasa setelah maraknya High School Musical (2006) dan serial televisi Glee.<br /><br /><b>Sri panggung</b><br /><br />Penampilan distingtif ‘duo Sri Panggung’ alias diva beda generasi Aguilera dan Cher menjadi poin utama film ini. Cher, yang menampilkan balada You Haven’t Seen the Last of Me karya Diane Warren (sepenuhnya<br />live) mampu membuat interpretasi atas bekas primadona yang masa-masa<br />keemasannya sudah lewat. Setelah tujuh tahun tidak melihat penyanyi Believe ini tampil, sepertinya kita akan setuju bahwa biduanita 1980-n itu memang belum berakhir.<br />Di sisi lain, Aguilera sebagai Alice Marilyn ‘Ali’ Rose tampil dengan suara lantang akrobatik yang menjadi ciri khasnya. Sayangnya, pilihan Antin terhadap Aguilera bisa jadi merupakan pisau bermata dua. Para penikmat musik mungkin tidak akan terkaget-kaget saat karakter Ali ‘merebut’ panggung Burlesque. Tak ada efek surprise seperti ketika menonton jebolan American Idol Jennifer Hudson sebagai Effie di Dreamgirls.<br />Sudah begitu, Aguilera di panggung Burlesque adalah Aguilera, bukan Ali, meskipun di luar itu akting Aguilera cukup meyakinkan. Apakah<br />itu bukti bahwa setelah Jennifer Hudson, belum ada lagi penyanyi baru yang bisa mengemban tugas serupa?<br />Apa pun, film yang baru diganjar best original song dalam perhelatan Golden Globe ini tetaplah menghibur dan barangkali bisa menyemangati<br />Anda mengejar mimpi. Apa pun itu. (M4)<br /><br /><br /><i>Dimuat di harian Media Indonesia, rubrik Pop Eskapisme, halaman 14</i>mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-28814963178978920782010-12-21T09:36:00.000-08:002010-12-21T09:49:11.808-08:00Apa BedanyaNaya adalah seorang remaja perempuan yang sangat pintar. Sayangnya, pintar di sini adalah pintar menjawab.<br /> <br />Suatu hari Naya pulang dari diskotik lewat tengah malam. Ibu Naya pun berkata.<br /> <br />"Naya, tidak baik perempuan baru pulang jam segini."<br /> <br />"Tenang, Bu. Apa bedanya dengan dongeng Upik Abu alias Cinderella yang dulu sering Ibu bacakan? Dia perempuan dan pulang setelah jam 12 malam."<br /> <br />Ibu Naya hanya bisa mengusap-usap dada. <br /> <br />Hari berikutnya, Ibu Naya menangkap basah Naya mengambil uang dari kamarnya diam-diam. Ibu Naya pun memarahinya.<br /> <br />"Naya, perbuatan mencuri itu tidak baik."<br /> <br />"Tenang, Bu. Apa bedanya dengan dongeng Robin Hood yang dulu sering Ibu bacakan? Dia juga seorang pencuri."<br /> <br />Si Ibu hanya bisa mengusap-usap dada. <br /> <br />Suatu hari Naya didamprat habis karena berbohong tentang nilai ulangannya. Ibu Naya pun berkata.<br /> <br />"Naya, kau tidak boleh berbohong. Itu dosa."<br /> <br />Naya memutar matanya. <br /> <br />"Tenang, Bu. Aku hanya mencontoh dongeng Pinokio yang dulu sering Ibu bacakan? Dia kan tukang bohong."<br /> <br />Lagi-lagi, Ibu Naya hanya bisa mengusap-usap dada.<br /> <br />Suatu hari Naya kembali pulang dari diskotik lewat tengah malam. Begitu membuka pintu, terkejut Naya melihat sang Ibu tengah bercumbu di ruang tamu dengan tujuh pria sekaligus. <br /> <br />"Ibu? Apa-apaan ini?"<br /> <br />"Tenang, Nay. Apa bedanya Ibu dengan dongeng Snow White alias Putri Salju yang tinggal bersama tujuh pria sekaligus?"<br /> <br />Mata Naya jatuh pada tangan-tangan pria yang mengusap-usap dada Ibunda.<br /><br /><br /><span style="font-style:italic;"> <br />Kebon Jeruk, Desember 2010</span><br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUFNZin5lDLLGstHEp1FcXxuxkzKFpmJ2wlgzWaTUpq7HAjJNEp7wHfj8aiqsDz6_BEqC5BRllAdrbd9DQ1G67Bb6NpKkhwNuoDAwBYBreCtStqQ1ymlLDfBuAQOJKud9bmdkELEBIZK0a/s1600/ho-white-beer-ad_1503204c.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUFNZin5lDLLGstHEp1FcXxuxkzKFpmJ2wlgzWaTUpq7HAjJNEp7wHfj8aiqsDz6_BEqC5BRllAdrbd9DQ1G67Bb6NpKkhwNuoDAwBYBreCtStqQ1ymlLDfBuAQOJKud9bmdkELEBIZK0a/s320/ho-white-beer-ad_1503204c.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5553193643042513186" /></a>mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-63354516307027360512010-07-12T03:13:00.000-07:002010-07-12T03:21:59.545-07:00Kebesaran Hati Fans Oranje di Erasmus Huis, Kedubes BelandaSUASANA Erasmus Huis, Kedutaan Besar Belanda di Jl H.R. Rasuna Said dini hari tadi (12/7) begitu meriah oleh lautan pendukung "<span style="font-style:italic;">Oranje</span>." Sebuah poster besar berwarna jingga bertuliskan <span style="font-style:italic;">"You Ain't Much if You Ain't Dutch"</span> berada di depan. Gelas-gelas bir, makanan kecil seperti kentang goreng tidak henti-henti menemani penonton yang hadir.<br /><br />Suasana begitu riuh rendah tatkala Belanda berkali-kali berhasil menepis tekanan tim Spanyol. Berkali-kali mereka meneriakkan umpatan ketika tidak puas akan keputusan wasit ataupun beberapa kejadian lainnya.<br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSwFxP_ucV_N3KpC2C9eS9DFIg7iLBpcdsbyOBxDfwX6V1SjV_Shb0Z_s8Y29kk2cSG6voD-IIAPEVc0Eo8X3HmkTZtzf3iFFdtsEO6xT1xIrG9Vt3ZZ04rTRzuE9C-LSrJuY2wrGnC6Vf/s1600/Erasmus+Huis+Oranje.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 240px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSwFxP_ucV_N3KpC2C9eS9DFIg7iLBpcdsbyOBxDfwX6V1SjV_Shb0Z_s8Y29kk2cSG6voD-IIAPEVc0Eo8X3HmkTZtzf3iFFdtsEO6xT1xIrG9Vt3ZZ04rTRzuE9C-LSrJuY2wrGnC6Vf/s320/Erasmus+Huis+Oranje.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5492962781923360162" /></a><br /><br /><br />Namun, ketika gol tunggal Andres Iniesta pada menit ke-116 berhasil menerobos gawang "Tim Oranje", penonton pun seolah menahan napas. Teriakan kekecewaan begitu peluit panjang ditiup pun tidak terbantahkan.<br /><br />"Berikutnya, mereka akan menang," papar Ursa menyatakan rasa optimisnya. Ia mengenakan hiasan kepala berwarna jingga dan penuh bulu pada acar "Nonton Bareng!" tersebut. "Sebetulnya Belanda main bagus, tetapi memang Spanyol juga kuat. Sekarang Spanyol menang tetapi empat tahun lagi pasti Belanda."<br /><br />"Saya sedikit kecewa," tutur Edwin, manajer keamanan Erasmus Huis kepada Media Indonesia. Ia memperkirakan lebih dari 1.500 orang memenuhi Erasmus Huis dan lebih dari 90% di antaranya adalah warga Indonesia. "Menjadi posisi keamanan membuat saya tidak bisa menyaksikan pertandingan sepenuhnya untuk memberikan komentar. Namun, baik Spanyol maupun Belanda sama-sama bermain hebat dan harus ada satu tim yang memenangi pertandingan."<br /><br />"Hancur hati gue!" tutur Gading Marten yang hadir mendukung tim kesayangannya di Erasmus Huis, Jakarta. "Saya tetap bangga sama Belanda. Juara tanpa mahkota memang selalu melekat di Belanda. Tapi memang kalau yang namanya bola memang selalu kontroversi seperti banyaknya kartu."<br /><br />Gading juga berpendapat sebelum gol tunggal pertandingan terjadi itu sudah berada pada keadaan offset. Namun, ia tetap berbesar hati dan mengatakan pada sebuah pertandingan memang selalu ada menang dan kalah.<br /><br />"Saya setuju untuk penggunaan hawk eye pada sepakbola. Tenis sudah pake, basket sudah pake jadi (sepak)bola sepertinya sudah harus pake," tutur Gading yang menyatakan masih terus mendukung tim Belanda untuk ke depannya.<br /><br />Sementara bagian pers dan juru bicara Kedubes Belanda Dorine Wytema mengatakan sama sekali tidak berkeberatan perihal wasit pertandingam. Menurut Wytema yang tengah mengandung, referee sudah cukup fair.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyKW4th9fNJjmQzzovg5DH_eXFndZq1-zuZKTHkT2EhYvJxox2ov1jNaNpjvfeBtn6rozuOIYYTjiv2KIZibyw9l5fSTDhXlqCmQHet806LqoUKZe_UIEsfvDtIcyOFJjhXCS-G8f2WqWe/s1600/Me+and+Dorine.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 240px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyKW4th9fNJjmQzzovg5DH_eXFndZq1-zuZKTHkT2EhYvJxox2ov1jNaNpjvfeBtn6rozuOIYYTjiv2KIZibyw9l5fSTDhXlqCmQHet806LqoUKZe_UIEsfvDtIcyOFJjhXCS-G8f2WqWe/s320/Me+and+Dorine.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5492961562489315394" /></a><br /><br />"Ia memang membuat beberapa kesalahan bagi kedua tim, tetapi itu manusiawi dan masih cukup wajar," papar Wytema yang datang bersama suaminya. "Saya pikir wasit pertandingan kali ini oke-oke saja. Ia memimpin pertandingan dengan cukup baik."<br /><br />Tatkala Media Indonesia menyinggung peluang Belanda di Pentas Euro 2012 dan Piala Dunia 2014, Wytema berseloroh kini "Negeri Kincir Angin" memiliki sebuah "goal" baru.<br /><br />"Ide untuk memakai teknik hawk eye adalah sebuah ide yang bagus. Ini untuk membantu wasit mengambil keputusan-keputusan signifikan pada sebuah pertandingan."<br /><br />Itulah sekutip potret dari pendukung setia Oranje yang berbesar hati. <span style="font-style:italic;">Hup Holland Hup! </span>mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-66194184399179073432010-06-16T03:41:00.000-07:002010-06-16T03:49:21.268-07:00Review Film Minggu Pagi di Victoria Park: Sepotong Ahad Kaum Marjinal Indonesia di Belahan Dunia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0wvXe8tFVS4srF3CG2sPvvXoZcjdBCfnqf867YChFG01FzPlkHNpq2bwvFmLMdrIbzaZBHhDb4a60pzClpfwdIewC3ECiAL3SWB7Xk7-_j61-oxnL4HJaTU0nf01sHEpp-a-gZXG1uAup/s1600/victoria-head.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0wvXe8tFVS4srF3CG2sPvvXoZcjdBCfnqf867YChFG01FzPlkHNpq2bwvFmLMdrIbzaZBHhDb4a60pzClpfwdIewC3ECiAL3SWB7Xk7-_j61-oxnL4HJaTU0nf01sHEpp-a-gZXG1uAup/s320/victoria-head.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5483320477838282130" /></a><br /><br /><br /><br />Judul : Minggu Pagi di Victoria Park<br />Pemain : Lola Amaria, Titi Sjuman, Donny Alamsyah, Imelda Soraya, Permatasari Harahap<br />Sutradara : Lola Amaria<br />Penulis : Titien Wattimena<br />Produser : Sabrang Mowo Damar Panuluh, Dewi Umaya Rachman<br />Produksi : Pic[k]lock Production<br />Durasi : 97 menit<br /><br />DUA orang pembantu alias TKI dan anak-anak asuh mereka pulang dari sekolah dasar. Salah satu dari mereka menggerutu karena si anak laki-laki yang merupakan anak majikan lagi-lagi berkelahi meski sudah dilarang. Ketika tuan mudanya mengeluh karena selalu dihina berdasarkan posturnya, si pengasuh pun naik pitam.<br /><br />“Mayang bilang, kamu harus menerima kekurangan bahwa tubuh kamu itu kecil. Jika kamu tidak mau ikhlas, seumur hidupmu terisi dengan frustrasi dan amarah.”<br /><br />Sepenggal kalimat itu terucap dari bibir Sari yang menerjemahkan perkataan temannya kepada anak asuhnya. Rekannya yang bernama Mayang (diperankan Lola Amaria) meminta agar Sari yang mengalihbahasakan dialek Indonesia-Jawa menjadi bahasa Kanton. Sari pun menyanggupi.<br /><br />Terenyuh, si bocah memeluk pembantunya.<br /><br />Itu adalah sekilas kisah hidup perempuan yang menjadi pahlawan devisa di mancanegara. Benang merah itu yang ingin ditampilkan kru film <span style="font-style:italic;">Minggu Pagi di Victoria Park</span>. Penulis sempat melihat pola yang sama film besutan Ani Ema Susanti yang sempat menggagas kisah serupa. Bedanya, penampilan sutradara kali ini lebih menekankan kepada fiksi mini. Mini, karena sebagian besar realita ditampilkan begitu riil sampai terkesan film ini menjadi <span style="font-style:italic;">handbook </span> untuk para calon TKI. <br /><br />Namun, cerita yang sederhana dapat ditampilkan dengan kompleksitas dari rangkaian gambar di balik rangkaian pita seluloid. Sesungguhnya plot-plot yang ditampilkan cukup simpel: persaingan dua anak untuk mendapatkan pengakuan bapak, memberikan materi sebagai bentuk kasih sayang kepada pasangan, konflik batin seorang kakak yang iri tetapi mengasihi adiknya sampai cinta sesama jenis. Namun, kompleksitas justru muncul dari hal-hal sederhana tersebut.<br /><br />Daya tarik <span style="font-style:italic;">Minggu Pagi di Victoria Park</span> bisa jadi terletak di dua pemeran utamanya. Baik Lola Amaria maupun Titi Sjuman (yang kemarin menggaet hati audiens via penampilan apik di <span style="font-style:italic;">Mereka Bilang, Saya Monyet!</span>) memberikan penghayatan penuh. Lola berperan sebagai Mayang, sulung yang haus perhatian ayah dan merasa biasa-biasa saja. Titi memerankan si bontot bernama Sekar yang selalu menjadi pusat tata surya kaum adam di sekitarnya—terutama ayahanda.<br /><br />Cuplikan-cuplikan yang terselip di antara inti cerita mampu membangun pemahaman mengenai apa yang menyebabkan Mayang begitu ogah melacak si adik—terlepas dari kenyataan bahwa dirinya memang ditugasi pergi ke Hong Kong oleh bapak untuk itu.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Minggu Pagi di Victoria Park</span> mengisahkan suka duka pembantu rumah tangga yang mendominasi sektor ketenagakerjaan di luar negeri. Seluruh konsekuensi atas tekanan jiwa yang dapat dialami TKI dikupas di dalam film ini mulai dari terbelit utang, menjual diri untuk mendapatkan pemasukan, sampai menutup riwayat pribadi karena tidak tahan menghadapi hidup.<br /><br />Kekurangan sinema ini adalah terlalu banyak realita yang ingin dirangkum dalam sebuah cerita linear. Hal ini dapat mengakibatkan sebagian penyimak menganggap ada cerita yang terlalu berlebihan dan mengada-ada. Padahal, bisa jadi itu memang berdasarkan fakta.<br /><br />Kelemahan yang sama terdapat pada film <span style="font-style:italic;">Alangkah Lucunya</span> karya Deddy Mizwar yang, terlepas dari pertanyaan sosial yang diberikan, luruh ke dalam nilai-nilai komersialitas yang berlebihan. Penyajian merupakan hal yang terpenting dalam menyampaikan cerita, tetapi kearifan penonton untuk bisa meresapi makna di balik narasi jauh lebih penting.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Ending</span> film ini meski termasuk kategori “bahagia” masih dibumbui klip masa silam yang membuat kita mengerti sepenuhnya dari mana kisah ini dimulai sebelum diakhiri. Di luar itu, terlihat cuplikan pagi Ahad di belahan dunia lain menampilkan sorakan “pahlawan devisa” menyambut grup musik kesayangan mereka. Band yang mungkin bagi kalangan tertentu di Indonesia dipandang tidak “keren” atau “trendi.” <span style="font-style:italic;">Ah</span>, realita ... (*)mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-75628756846717036982010-03-13T05:53:00.000-08:002010-03-13T07:31:46.876-08:00Reuni Kecil Toni Braxton dan Adik-adiknya di Java Jazz International 2010Sesuatu yang menarik terjadi saat Toni Braxton mengadakan konser Sabtu (6/3) kemarin di JJF 2010. Selain mengundang Kenneth "Babyface" Edmonds menyanyikan satu lagu berjudul "Whip Appeal", Toni mengajak saudarinya Towanda Braxton untuk bernyanyi bersamanya. Bersama dua saudari Braxton lainnya, Trina dan Tamar, Towanda menyanyikan cuplikan lagu En Vogue berjudul <span style="font-style:italic;">"My Lovin' (Never Gonna Get It)"</span>.<br /><br />Rasanya masih sedikit orang Indonesia yang tahu bahwa sebelum menjadi penyanyi solo, Toni Braxton memulai kariernya sebagai <span style="font-style:italic;">lead vocal </span> grup The Braxtons. Di luar Toni, grup ini terdiri dari empat adik-adiknya: Traci, Trina, Towanda dan Tamar. <br /><br />Mereka merilis lagu <span style="font-style:italic;">The Good Life</span> pada tahun 1990. Lagu itu tidak menjadi hits, namun suara alto Toni menarik perhatian Antonio "L.A." Reid dan Babyface sendiri. Sayangnya, saat itu LaFace Records yang didirikan L.A. Reid dan Babyface sudah punya grup vokal TLC. Toni pun menandatangi kontrak sebagai penyanyi solo pertama di label tersebut.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn9bhJls89X9828VJHHHisObv3rDUUm5xWZG75_mtpatKROSb6zbiKCQR2I6UVvwy-GrWONxL9g7Y5cXh5_EP5lYlVVhFCTvU959XyEf_cSPuuKtEjUiO-gmXjluzftByky_-iH3MsHxRl/s1600-h/caa2c6da8da046b6a14d1110.L._SL500_AA240_.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 240px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn9bhJls89X9828VJHHHisObv3rDUUm5xWZG75_mtpatKROSb6zbiKCQR2I6UVvwy-GrWONxL9g7Y5cXh5_EP5lYlVVhFCTvU959XyEf_cSPuuKtEjUiO-gmXjluzftByky_-iH3MsHxRl/s320/caa2c6da8da046b6a14d1110.L._SL500_AA240_.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448119759726068898" /></a><br /><br />Sebuah reuni kecil sebetulnya pernah terjadi. Ketika Toni mengeluarkan video untuk lagunya <span style="font-style:italic;">Seven Whole Days</span>, adik-adiknya muncul sebagai penyanyi latar. <br /><br />Pada tahun 1996, Trina, Towanda dan Tamar mengeluarkan album berjudul <span style="font-style:italic;">So Many Ways</span>. Traci yang saat itu tengah hamil mengundurkan diri dari grup vokal itu. <span style="font-style:italic;">So Many Ways</span> antara lain menampilkan kebolehan The Braxtons membawakan ulang lagu Diana Ross berjudul <span style="font-style:italic;">The Boss. </span><br /><br />Grup ini akhirnya bubar ketika Tamar yang mampu bernyanyi dengan <span style="font-style:italic;">whistle register</span> ala Mariah Carey dan Shanice memutuskan untuk bersolo karier. Tamar memang tidak sesukses kakaknya, Toni. Namun dirinya dikenal sebagai penyanyi klub yang cukup diakui, walaupun tidak memiliki hits. <br /><br />Trina memilih jalur yang sedikit berbeda. Dia tampil di beberapa panggung broadway dan drama musikal seperti pada tahun 2004. Ia tampil di <span style="font-style:italic;">Meet the Browns </span> karya Tyler Perry. <br /><br />Akhirnya, kedua adik Toni ini membantu kakaknya sebagai penyanyi latar. Mereka sering terlihat hadir mendukung Toni saat <span style="font-style:italic;">manggung</span>. Termasuk ketika Toni Braxton konser di Jakarta kemarin. Kehadiran Tamar yang sekilas mirip dengan Toni sempat membuat penonton heboh. Mereka mengira Toni yang muncul. Belakangan mereka baru sadar bahwa itu adalah penyanyi latar. :)<br /><br />Berikut foto Tamar dan kakaknya, Toni.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZr-RJOmupfYtT5RJJR2_Uyek9ZK2Dh7iawCKR_HsMVvwlrGCilCQNp_eB0EYD2Se5GvSxH3PrpAJNfOnbfmLE8yMKwfRavZcvE10PRNIzRSB0W0sOmCUe9JoUCe6a30nC86nhgiFk0AI7/s1600-h/tamar_braxton6.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 230px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZr-RJOmupfYtT5RJJR2_Uyek9ZK2Dh7iawCKR_HsMVvwlrGCilCQNp_eB0EYD2Se5GvSxH3PrpAJNfOnbfmLE8yMKwfRavZcvE10PRNIzRSB0W0sOmCUe9JoUCe6a30nC86nhgiFk0AI7/s320/tamar_braxton6.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448127579484360450" /></a><br /><br />Towanda yang sering merasa seperti <span style="font-style:italic;">black sheep</span> di antara kelima saudarinya, muncul di serial <span style="font-style:italic;">Starting Over</span> season 2.<span style="font-style:italic;"> Reality show</span> ini adalah sebuah acara dimana perempuan yang pernah merasa gagal di dalam hidupnya memulai lagi dari awal dengan semangat baru.<br /><br />Berikut foto Towanda.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWUUvmJ4tX3JubKudGLtiXkTeF9z-1yvdZxNAfPSDfLLv49xrPPXS6lrRv_2JT5Ac841ZCWVZBFyp4VACB4bLZhUtujUQu2SpaqIiSOtAo5qMOTAivkpGHRX-kDQKcw7WJ_KI7vQaQHgXc/s1600-h/m_daab411e7a6284d6b83b54fe00314e5e.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 170px; height: 188px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWUUvmJ4tX3JubKudGLtiXkTeF9z-1yvdZxNAfPSDfLLv49xrPPXS6lrRv_2JT5Ac841ZCWVZBFyp4VACB4bLZhUtujUQu2SpaqIiSOtAo5qMOTAivkpGHRX-kDQKcw7WJ_KI7vQaQHgXc/s320/m_daab411e7a6284d6b83b54fe00314e5e.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448128155764564834" /></a><br /><br />Towanda mengaku dia kerap iri dengan kesuksesan kakaknya, Toni. Begitu pula dengan kedua saudarinya yang lain, Trina dan Tamar. Dia juga kesal dengan sikap Traci yang begitu saja keluar dari The Braxtons dan (menurutnya) tidak jujur soal kehamilannya.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix0kkTcJEQ9wsQqYSIMi8nEMqSWiEPezjC9RgeQ59EIvb1CeNVug6Vr29tZULyA2QwZHO3-lCVn2mS6Ck0Z2ohZg0-78SSiZQIa4OgGAPmmUJAImDkQ-ygQLPIXd5mVuD3gJqw7xxFEnwS/s1600-h/4412226839_059358fef3_o.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 213px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix0kkTcJEQ9wsQqYSIMi8nEMqSWiEPezjC9RgeQ59EIvb1CeNVug6Vr29tZULyA2QwZHO3-lCVn2mS6Ck0Z2ohZg0-78SSiZQIa4OgGAPmmUJAImDkQ-ygQLPIXd5mVuD3gJqw7xxFEnwS/s320/4412226839_059358fef3_o.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5448130495537695314" /></a><br /><br /><br />Namun, begitu melihat mereka semua tampil di Java Jazz kemarin ... jelas kalau mereka semua sudah kembali rukun. Memang tidak semua orang di Indonesia mengetahui hal ini, makanya saya berbagi. Sayang, saya tidak menemukan foto-foto yang mengabadikan saat mereka bersama di panggung. <br /><br />Kisah Toni, Traci, Trina, Towanda dan Tamar sebetulnya adalah sebuah kisah yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana, <span style="font-style:italic;">at the end of the day, family comes first.</span><br /><br />Apalagi mengingat Toni yang beberapa tahun belakangan ini menurun prestasinya. Rasanya senang melihat keluarga Braxtons saling mendukung dengan berbagai cara. Melihat talenta dan mendengar suara mereka yang luar biasa ... tinggal tunggu waktu untuk melihat klan Braxtons kembali berjaya!mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-68318231589625333852010-03-01T09:21:00.000-08:002010-03-01T09:23:12.083-08:00Letter: Learning from `2012'Letter: Learning from `2012'<br /><br />Wed, 12/02/2009 2:09 PM | Reader's Forum<br /><br />While many eyes of Indonesians have been startled by the ongoing news about the KPK case, another story made me raise my eyebrows: the recent call by clerics from the Indonesian Ulema Council (MUI) to ban the doomsday-themed movie 2012. In my humble opinion, the call to prohibit the movie only based on rumor is controversial. Although this is not the first time it has made controversial decisions.<br /><br />Several days ago, my friend and I decided to watch the movie. Afterwards, we had different reviews: I was slightly bored by the use of "the end of days" related theme while my friend thought the movie was entertaining. However, we both agreed the movie had amazing special effects.<br /><br />To put it briefly, the movie tells us the story of a situation in 2009 where scientists found a number of occurrences showing the end of the world was near. Before that, the Mayans had predicted that 2012 would be the last days of earth. The movie narrates how the people struggle to survive on the so-called doomsday.<br /><br />There is one scene that many believed initiated the MUI's decision to ban the movie: the scene that showed a mosque destroyed by an earthquake. Furthermore, MUI chief KH Mahmud Zubaidi in Malang mentioned that doomsday is something that "no man could predict" and "the movie is not appropriate because it could affect people's way of thinking."<br /><br />In my opinion, however, this is not the case. The call by MUI has officially underestimated Muslims in Indonesia who can differentiate between fact and fiction. The movie itself was enjoyable and there are many things we can learn from the movie. Yes, there are no people who can predict the end of the world. The movie nonetheless did not explicitly mean to tell us when the end of the world is. It is only to show us what may occur if doomsday arrives.<br /><br />The Mayans arguably never predicted anything about the doomsday. The speculation arises because their calendar stops at 2012. Therefore, the reckoning appears due to a loose interpretation about the calendar rather than the Mayans' prophecy. Ironically, the council's verdict has provided the movie with free publicizing. For instance, Twitter has mentioned many times that MUI should not ban the movie. Many Tweets (a post on Twitter) even ridiculed MUI by saying that they should focus on other issues rather than ban the Hollywood movie.<br /><br />Finally, I think it is time for MUI to start believing in the ability of Indonesian Muslims to decipher fact from fiction. The fact is that MUI's actions lead society to see them negatively. The problem that needs to be solved is not banning the movie. What we should understand more is how society sees the movie.<br /><br />Perhaps, we feel insecure about entering judgment day due to the many terrible things we have done in the past. Thus, the case is not about what movie says, but how we see ourselves reflected in the movie's plot.<br /><br />Amahl S. Azwar <br />Jakarta<br /><br />(Retrieved from: http://www.thejakartapost.com/news/2009/12/02/letter-learning-2012039.html )mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-64817429018190987952010-02-25T03:54:00.000-08:002010-02-25T05:19:20.654-08:00The Fabulous Fifteen: My Favourite Books of All Time<span style="font-style:italic;"><br />The Fabulous Fifteen: My Favourite Books of All Times</span> tadinya adalah salah satu <span style="font-style:italic;">Notes</span> saya di Facebook. Namun, saya tertarik untuk menaruhnya di blog saya. Sekadar untuk berbagi mengenai buku-buku yang saya sukai secara personal. Tentu saja tidak semua buku yang saya sukai ada di daftar ini. <span style="font-style:italic;">For example, Harry Potter. I choose not to put the series simply because all of my friends already known me for being a Harry Potter fan</span>. <span style="font-style:italic;">So I guess</span>, saya akan berikan saja beberapa buku fiksi dan non-fiksi yang akan selalu menjadi favorit saya dan jarang saya sebutkan di dunia maya. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;"><br />1. Nothing Last Forever - Sidney Sheldon</span><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinLN1K_xP4a7sr8Dv7_qCiL4XmyrbS4uvtt1KTkBoXiFXzyBm2vzvBgI65pkx-knhvoNWfxlEov4DU_SbFRot5X66P4RuWRewd6TyFoDHNr1LznV8FCjyacE-AISIUL-TV7Lla-iWFeJCU/s1600-h/kedaishaniz43nothing_last_forever_rp_25000.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 149px; height: 250px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinLN1K_xP4a7sr8Dv7_qCiL4XmyrbS4uvtt1KTkBoXiFXzyBm2vzvBgI65pkx-knhvoNWfxlEov4DU_SbFRot5X66P4RuWRewd6TyFoDHNr1LznV8FCjyacE-AISIUL-TV7Lla-iWFeJCU/s320/kedaishaniz43nothing_last_forever_rp_25000.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442158227599534578" /></a><br /><br /><br />Yup, ini adalah buku (tebal) pertama yang saya baca. Waktu itu saya masih kelas 5 SD, kalau tidak salah. Buku ini saya temukan tergeletak di kamar Ayah saya yang kebetulan koleksi bukunya memang luar biasa (walau saya belum baca semua). Kisahnya bagus, tentang tiga dokter wanita yang memulai karier di sebuah Rumah Sakit. Pada awal cerita kita akan menyangka bahwa sosok ketiganya begitu sempurna: kita keliru. Membaca buku ini saya kerap mengeluarkan komentar seperti "<span style="font-style:italic;">Oh, begitu toh"</span> dan <span style="font-style:italic;">"Loh, kok enggak nyangka, ya?"</span> berkali-kali. Mungkin buku ini adalah buku pertama yang membuat saya jadi suka membaca fiksi. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">2. Veronika Decides to Die - Paulo Coelho</span><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlO007jiK5cgS9m0A6tK6w9C1ws7DA6AOU0uuWPOWBwRtyip2tSzJ0T2NUIJy2NGPI7a-U-c-aPzDN3QsaxEbSmmq437JrVTNtgqsJ6kfq0g7iGLhQ-ZePOHI24vLB1KDwol8j59YtM8CJ/s1600-h/8744-veronika_memutuskan_.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlO007jiK5cgS9m0A6tK6w9C1ws7DA6AOU0uuWPOWBwRtyip2tSzJ0T2NUIJy2NGPI7a-U-c-aPzDN3QsaxEbSmmq437JrVTNtgqsJ6kfq0g7iGLhQ-ZePOHI24vLB1KDwol8j59YtM8CJ/s320/8744-veronika_memutuskan_.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442159397167437346" /></a><br /><br /><br />Salah satu sahabat saya, Hugo, memperkenalkan karya-karya Paulo Coelho kira-kira pada tahun pertama kami berkuliah. Sebetulnya sih saya suka hampir semua karya Paulo Coelho, kecuali yang saya belum baca (hehe). Tapi masa iya list ini isinya Paulo Coelho semua, jadi saya memilih buku Veronika Decides to Die--buku favorit saya. Sebagai orang yang terkadang punya kecenderungan untuk menjadi <span style="font-style:italic;">suicidal</span>, buku ini membuat saya menjadi lebih menghargai hidup. <span style="font-style:italic;">He's a genuinely genius writer</span>, Coelho. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">3. Five People You Meet in Heaven - Mitch Albom</span><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga3HhLlV6aEqmpeUHzejPfpou5zYzJRxlzjvxYTPOKkX9kDhEctuBt6aq91it6-tNQaNbZ7hrJNOhukmDerZhcdQ9G5UhzjHPpTHD9X-bvMuDF7Y794creGcY4TE7Uc6kcOYuYYpbQDm7G/s1600-h/mitchalbom.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 213px; height: 315px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga3HhLlV6aEqmpeUHzejPfpou5zYzJRxlzjvxYTPOKkX9kDhEctuBt6aq91it6-tNQaNbZ7hrJNOhukmDerZhcdQ9G5UhzjHPpTHD9X-bvMuDF7Y794creGcY4TE7Uc6kcOYuYYpbQDm7G/s320/mitchalbom.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442160021228144674" /></a><br /><br /><br />Hugo juga yang memperkenalkan saya kepada Mitch Albom. Menurut saya karya beliau yang paling patut dikoleksi adalah buku ini. Ceritanya cukup simpel. Mengenai bagaimana seorang lansia yang mantan tentara menjalankan kehidupan membosankan sebagai teknisi taman hiburan. Kakinya tertembak saat berada di medan perang, istrinya meninggal terlebih dahulu dan masa kecilnya dihiasi dengan sosok ayah yang cukup <span style="font-style:italic;">abusive </span>dan bersikap dingin padanya. Sebuah kecelakaan di taman hiburan membuatnya kehilangan nyawa. Di Surga, dia bertemu lima orang yang masing-masing memberinya pelajaran akan hidup yang dia lalui. Versi dunia akhirat yang sangat manis, menurut saya. Senang rasanya bisa membaca opini baru tentang konsep "akhirat". Ketika banyak orang berkoar-koar tentang pahala dan dosa yang akan ditimbang dalam akhirat, buku ini menawarkan sebuah pandangan baru: mengapa kita hidup? <span style="font-style:italic;">It's great. It's really really great. Simple, but great.</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">4. Filosofi Kopi - Dewi "Dee" Lestari</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwoJUDy6a7GrgXhb-OxFDnGD6xZ-5DAYw67WTtfxJkGGmFbCfpuRYzf3uJRqU_njGnqJDpFd2JyVouRRNNVVHD3CPc5z3F1XD6GoIzgBDCe7yLLTioum7nYjooKNRydA1IX78965yc6OrO/s1600-h/filosofi-kopi_plus-award.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 211px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwoJUDy6a7GrgXhb-OxFDnGD6xZ-5DAYw67WTtfxJkGGmFbCfpuRYzf3uJRqU_njGnqJDpFd2JyVouRRNNVVHD3CPc5z3F1XD6GoIzgBDCe7yLLTioum7nYjooKNRydA1IX78965yc6OrO/s320/filosofi-kopi_plus-award.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442160676180093474" /></a><br /><br />Sama seperti Paulo Coelho, saya juga menyukai semua karya Dee. Termasuk Perahu Kertas yang nampaknya membuat beberapa teman saya komplain karena terlalu "berbeda" dengan novel-novel Dee sebelumnya. <span style="font-style:italic;">Ah well</span>, kalau saya harus memilih satu saja buku Dee yang saya favoritkan, itu adalah Filosofi Kopi. Buku ini menunjukkan bahwa Dee cukup versatile sebagai seorang penulis. Mulai dari kisah 5 sahabat dan peran mereka masing-masing ("Buddha Bar"), filosofi kopi tiwus ("Filosofi Kopi"--buku ini yang menginspirasikan saya untuk mencoba jadi barista), fabel tentang kecoak ("Rico de Coro"), rasa penasaran yang berbuah tragedi dan penyesalan ("Mencari Herman") dan beberapa puisi serta prosa. Kumpulan cerpen dan prosa satu dekade ini bagaikan sebuah cikal bakal yang menunjukkan bahwa Dee tidak hanya lihai menulis cerita seperti Supernova saja. Kendati demikian, semua tulisan yang ada di dalam buku ini tetap "sangat Dee". <br /><br /><span style="font-weight:bold;">5. 9 dari Nadira - Leila S. Chudori</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxqQ3Aw-zH9KYKRKGNRg9ydjBO8DW778yBW0kGz2HbgpleX_atYgK9OmuCqWHo4InqGS60373amyfLOZd3N3IvEtzv0MeHnwMQpx9alBfOET41cfXgabeTdaxNUVs9XFvo8_TnsiEoonnh/s1600-h/31fc025765efd1ed28335696054c6f79.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 218px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxqQ3Aw-zH9KYKRKGNRg9ydjBO8DW778yBW0kGz2HbgpleX_atYgK9OmuCqWHo4InqGS60373amyfLOZd3N3IvEtzv0MeHnwMQpx9alBfOET41cfXgabeTdaxNUVs9XFvo8_TnsiEoonnh/s320/31fc025765efd1ed28335696054c6f79.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442161246462448242" /></a><br /><br />Menurut saya karya Leila S. Chudori ini cukup orisinil. Sebuah perpaduan antara kumpulan cerpen dan novel. Bisa dibilang novel karena sebetulnya semua kisah yang ada berpangkal kepada satu orang: Nadira, seorang jurnalis yang pada suatu ketika menemukan ibunya meninggal karena bunuh diri. Bisa juga dibilang kumpulan cerpen karena ada 9 kisah yang tidak melulu diceritakan dari sudut pandang Nadira--walaupun beliau tetap tokoh sentral cerita. Ada seorang ilustrator majalah yang diam-diam mengagumi Nadira tapi hanya bisa mengekspresikan perasaannya via sketsa, kakak sulung Nadira yang sampai harus rajin ikut terapi karena rasa bersalahnya kepada Nadira sampai jurnal almarhumah Ibu Nadira pada masa muda. Ilustrasi-ilustrasi Ario Anindito yang indah dan komunikatif dengan isi cerita membuat buku ini semakin layak untuk dikoleksi. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">6. Rekonsiliasi: Islam, Demokrasi dan Barat - Benazir Bhutto </span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVxu5LbVRnpErLMxhEqjVT90ZFpzIiT4VywvuDt6Uv0EhJvQtGn6Co3qLBzMcDrasJAop1XJ8Zzw6ptLM7All4KSbnMiK-zHEJtD2eBPS1Pxr3fxnWAyLU-KA0KP6K1a5QghP-NkmeS2m5/s1600-h/1buku7.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 233px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVxu5LbVRnpErLMxhEqjVT90ZFpzIiT4VywvuDt6Uv0EhJvQtGn6Co3qLBzMcDrasJAop1XJ8Zzw6ptLM7All4KSbnMiK-zHEJtD2eBPS1Pxr3fxnWAyLU-KA0KP6K1a5QghP-NkmeS2m5/s320/1buku7.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442161668465172818" /></a><br /><br />Rasanya saya tidak mungkin tidak memasukkan buku ini dalam list saya. Saya langsung jatuh hati pada Benazir Bhutto setelah dia menulis buku ini. Kemampuan dia untuk membuat deduksi mengenai bagaimana seharusnya Islam, Demokrasi dan Barat bisa saling menunjang betul-betul luar biasa. Perempuan berjilbab hijau ini benar-benar mampu menangkis semua pandangan 'dangkal' tentang Islam (baik pandangan dari dunia barat maupun dari kaum ekstrimis).<br /><br /><span style="font-weight:bold;">7. Perfume - Patrick Süskin</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWBPUKnOOqPO_2qa_ANlPUdGs4q_9ZPyz6iZJAIkQQL_GN2QAdsfNVqbX4RAF8txB-fRKmvTV6kLUNUttwNUWC2-CygNL8Z6m70x0SAMduuJlM0g2dJrk5PkFdaTT19SfoddJ2W6aVfCFW/s1600-h/perfume.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 156px; height: 235px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWBPUKnOOqPO_2qa_ANlPUdGs4q_9ZPyz6iZJAIkQQL_GN2QAdsfNVqbX4RAF8txB-fRKmvTV6kLUNUttwNUWC2-CygNL8Z6m70x0SAMduuJlM0g2dJrk5PkFdaTT19SfoddJ2W6aVfCFW/s320/perfume.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442162362850724386" /></a><br /><br />Perasaan saya campur aduk membaca buku ini. Di satu sisi saya mengagumi bakat Jean-Baptiste Grenouille tentang dunia aroma (apa itu istilah yang tepat?). Di sisi lain, saya juga merasa bahwa Grenouille terlalu sadis--walaupun dia mungkin tidak mengerti yang dia lakukan itu sadis. Satu hal yang saya suka dari Patrick Süskin adalah dia tidak segan untuk menceritakan dengan detail apa yang terjadi pada orang-orang yang telah ditemui Grenouille. Bahkan dia mengajak pembaca untuk ikut meresapi apa yang terjadi kepada mereka (yang rata-rata berakhir tragis) dengan alasan <span style="font-style:italic;">"karena kita tidak akan bertemu dengan mereka lagi, ada baiknya kita mengetahui bagaimana akhir hidup mereka."</span><br /><br /><span style="font-weight:bold;">8. The Interpretation of Murder - Jed Rubenfeld</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAE6yhlWrrreMOcTnBmNbqa8Mjl2EwViQaEDFEG0xHWCyMzhYPxArBR2Fv_2ZRxFV44o3P0P6CPFBmMaExUHXz3DUERvXp6eT-YnUY2C7dQXEiCgcfIb4DZQEHolWA1EnuFBt76cVUlyGX/s1600-h/fictions_The+Interpretation+of+Murder.gif"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 202px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAE6yhlWrrreMOcTnBmNbqa8Mjl2EwViQaEDFEG0xHWCyMzhYPxArBR2Fv_2ZRxFV44o3P0P6CPFBmMaExUHXz3DUERvXp6eT-YnUY2C7dQXEiCgcfIb4DZQEHolWA1EnuFBt76cVUlyGX/s320/fictions_The+Interpretation+of+Murder.gif" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442162911122025970" /></a><br /><br />Menampilkan cameo dari Sigmund Freud dan Carl Jung, Jed Rubenfeld mengisahkan tentang Dr. Stratham Younger yang melakukan analisis terhadap sebuah kasus pembunuhan dengan analisis psikologis terhadap Nora Acton, salah satu korban yang selamat. Dengan bimbingan dari Freud, Younger akhirnya menemukan bahwa sang pembunuh ternyata adalah .... ya, silahkan baca sendiri. *menghindari timpukan*<br /><br /><span style="font-weight:bold;">9. The Devil Wears Prada - Lauren Weisberger </span><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguiWSlq_z-WIPgnOuQRNVaHy6qPo3_s1JCClTLzRTXSPl4kaWbQyrlwnGRbCI8aX3cEIZFJ8ka-h6C3-AJD2ij0gaWFxYEjg-zsvYAj4CByeijeztSzdRTDp1cuHg1RC9NbQQuOIxQn9Xr/s1600-h/The-Devil-Wears-Prada-.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 207px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguiWSlq_z-WIPgnOuQRNVaHy6qPo3_s1JCClTLzRTXSPl4kaWbQyrlwnGRbCI8aX3cEIZFJ8ka-h6C3-AJD2ij0gaWFxYEjg-zsvYAj4CByeijeztSzdRTDp1cuHg1RC9NbQQuOIxQn9Xr/s320/The-Devil-Wears-Prada-.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442163443519403426" /></a><br /><br />Saya adalah seorang pembohong besar kalau saya bilang tidak menyukai buku ini. The Devil Wears Prada mengisahkan tentang seorang sarjana baru lulus bernama Andy Sachs yang mendapatkan pekerjaan sebagai asisten Miranda Priestly, editor majalah <span style="font-style:italic;">fashion</span> nomor satu di Amerika, <span style="font-style:italic;">Runway</span>. Kisahnya berlanjut mengenai perjuangannya untuk memenuhi keinginan luar biasa bos seperti membeli kopi Starbucks yang sudah dipermak sana-sini, mencari buku <span style="font-style:italic;">Harry Potter</span> yang belum diterbitkan dll. <span style="font-style:italic;">Overall</span>, walaupun masih terkesan <span style="font-style:italic;">chicklit</span>, buku ini menceritakan mengenai bagaimana sulitnya dunia kerja bagi mereka yang baru lulus. Itu dan cara Weisberger menceritakan kisah-kisah perjuangan Andy Sachs cukup menghibur--terkadang sarkastik. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">10. Introduction to Political Psychology - Martha Cottam, Beth Dietz-Uhler, Elena M. Mastors & Thomas Preston </span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqNGrcSbDPF0Eh-0Kp-RZXzHnb1C8P2-5XDoQ9FZ6BWpIipUhrcHmiYv7CM5oYuNx8iCKA6ZcQTOzCCZF7c1VoptPpajK-uPeQW8QGJ56CiiseuJEH2skgr_9n6WBSV1YIzMYjjsksDsig/s1600-h/isbn.aspx+(1).jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 224px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqNGrcSbDPF0Eh-0Kp-RZXzHnb1C8P2-5XDoQ9FZ6BWpIipUhrcHmiYv7CM5oYuNx8iCKA6ZcQTOzCCZF7c1VoptPpajK-uPeQW8QGJ56CiiseuJEH2skgr_9n6WBSV1YIzMYjjsksDsig/s320/isbn.aspx+(1).jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442164071042241602" /></a><br /><br /><br />Ya, sebelum anda mengantuk karena saya membawa buku dari rak buku kuliah saya, saya akan cepat saja. Buku non-fiksi ini menganalisis mengenai bagaimana pola masyarakat berpikir. Menarik memang, karena ada pembahasan mengenai karakter-karakter tertentu dari seorang kandidat pemilu misalnya, yang walaupun sebetulnya kapasitasnya tidak sebaik lawan politiknya, tapi mampu menggaet hati masyarakat yang berakhir pada kemenangan kandidat tersebut. Menarik. Saya sih berharap suatu saat nanti akan ada mata kuliah "Psikologi Politik Internasional" di kampus saya. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">11. A Voice for a Just Peace - Ali Alatas</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYaEcmso1w_D9ttz7mofUhxVsvVMEM6esjN6b3BHY2sFXxSU0K5YNIW0yCt6-p6DpKGcX9ufTUJz7ha0Z2IcQ9k-fN4PpxqABr3oziD6tSur7kRlaZhOzN0yX-ZRnT2qMTvMvSmuo8grtI/s1600-h/A-VOICE-FOR.gif"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 105px; height: 145px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYaEcmso1w_D9ttz7mofUhxVsvVMEM6esjN6b3BHY2sFXxSU0K5YNIW0yCt6-p6DpKGcX9ufTUJz7ha0Z2IcQ9k-fN4PpxqABr3oziD6tSur7kRlaZhOzN0yX-ZRnT2qMTvMvSmuo8grtI/s320/A-VOICE-FOR.gif" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442164509213026914" /></a><br /><br />Kumpulan pidato-pidato almarhum Ali Alatas, seorang diplomat senior ulung yang kerap diandalkan oleh Indonesia. Rasanya senang melihat bagaimana beliau mampu menggaet simpati dengan cara berpidatonya. Salah satu kutipan yang paling saya suka adalah "a<span style="font-style:italic;"> diplomat job is never ends</span>". <br /><br /><span style="font-weight:bold;">12. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja - Larry King </span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9-jaWkuhZHbzbAS6ZrjNO0h_57pr_tn0DTaaS4DZ_QW2HwxUPMkeNAm2HbDTfCMUVP5OaCkGxB9ZYMkyzAmH-ud-ZbS3w9Hrc12z3VrduGnRsqyYqY2xL1ucMrkFUi9coQLi807bDmDCY/s1600-h/gm-204-070541.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 204px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9-jaWkuhZHbzbAS6ZrjNO0h_57pr_tn0DTaaS4DZ_QW2HwxUPMkeNAm2HbDTfCMUVP5OaCkGxB9ZYMkyzAmH-ud-ZbS3w9Hrc12z3VrduGnRsqyYqY2xL1ucMrkFUi9coQLi807bDmDCY/s320/gm-204-070541.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442164919307591106" /></a><br /><br /><br />Larry King adalah salah satu ahli berbicara di dunia. Di dalam buku ini dia memberikan tips, analisis serta ilustrasi beberapa presenter lain dan mengajak pembaca untuk lebih percaya diri dalam berbicara. Baik itu untuk pidato resmi maupun percakapan sehari-hari, Larry King menjelaskan bahwa siapa pun bisa berbicara asal mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Buku ini bagi saya adalah bacaan wajib bagi mereka yang membutuhkan tips dalam berkomunikasi dengan orang lain. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">13. Mythical Creatures Bible: The Definitive Guide to Beasts and Beings from Mythology and Folklore (Godsfield Bible Series) - Brenda Rose</span>n <br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-bPTwu1lhGiHgs8e4BC7tRq7VtffmkCQKcDgr3hePYW1VvJ2PKLA0N7phngLI-66eCBjx3m7mjLyDGgVFNuxm8vfhZGjXhaEIWS48zZYq93jqwEgKK5_qOL4HLVnAS_zZIeLuw8-Db6D6/s1600-h/615g1Dd7xGL._SL500_AA240_.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 240px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-bPTwu1lhGiHgs8e4BC7tRq7VtffmkCQKcDgr3hePYW1VvJ2PKLA0N7phngLI-66eCBjx3m7mjLyDGgVFNuxm8vfhZGjXhaEIWS48zZYq93jqwEgKK5_qOL4HLVnAS_zZIeLuw8-Db6D6/s320/615g1Dd7xGL._SL500_AA240_.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442165312692912306" /></a><br /><br /><br />Mulai dari Harpy, Bouraq sampai berbagai macam makhluk di dalam mitologi seluruh dunia dirangkum dalam buku ini. Brenda Rosen mampu mengilustrasikan masing-masing makhluk dengan bahasa singkat namun informatif. Buku yang menarik untuk dibaca bagi mereka yang menyukai mitologi, dongeng dll. Ilustrasi visualnya juga bagus! Mereka yang sedang berada di dalam proyek menulis cerita anak atau sekedar menyukainya patut membaca buku ini sebagai referensi. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">14. Good Lawyer - Zara Zettira ZR, Rose Heart dan Rose Heart Writers</span><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiEz5LAu3gu9Og3vU5NWzJ4kUT0vCvnRPXxOpJRIoB70Kv72xmIU9aAWfHXiDsoN_djBS1ID75hm2T2-uiVYVM4U3ZwYdrj8fvH2RtZ4qVxyCUFQ1RlPKinfLKG_YZT74KbJuxHhaFg20i/s1600-h/coveredisi2s2.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 262px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiEz5LAu3gu9Og3vU5NWzJ4kUT0vCvnRPXxOpJRIoB70Kv72xmIU9aAWfHXiDsoN_djBS1ID75hm2T2-uiVYVM4U3ZwYdrj8fvH2RtZ4qVxyCUFQ1RlPKinfLKG_YZT74KbJuxHhaFg20i/s320/coveredisi2s2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442165803329136146" /></a><br /><br /><br />Kumpulan cerita hukum Indonesia ini hadir ketika banyak sekali orang yang meragukan kemampuan penulisan seorang blogger. Terlebih lagi, rasa awareness masyarakat akan hukum yang seakan kurang. Mencampurkan fiksi dan hukum rasanya masih jarang dilakukan oleh penulis Indonesia. Maka buku yang ditulis secara "keroyokan" ini mampu menghadirkan suasana hukum di dalam kisah fiksinya. Mulai dengan yang bernada jenaka ala serial Boston Legal sampai yang lebih serius ala Law and Order. Sumbangan cerita dari Zara Zettira ZR di awal buku merupakan pembukaan yang manis bagi para pembaca untuk membacanya sampai habis. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">15. He's Just Not That Into You - Greg Behrendt and Liz Tuccillo</span> <br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnlVcNAkq02pk9HPRrLpyUepEVrVxI8sUkk3eWLCuk1gWMsPm63WooytRi4kzII33hVJoVqrfq8BZOHXKxtDITVcyoiMKoaFzazHRjLv_YMFFA9Qw68MPG7tviG16eUEPNmihP39xdWU5L/s1600-h/wm.php.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 156px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnlVcNAkq02pk9HPRrLpyUepEVrVxI8sUkk3eWLCuk1gWMsPm63WooytRi4kzII33hVJoVqrfq8BZOHXKxtDITVcyoiMKoaFzazHRjLv_YMFFA9Qw68MPG7tviG16eUEPNmihP39xdWU5L/s320/wm.php.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442166237676425714" /></a><br /><br /><br />Saya menutup daftar ini dengan buku yang membuat saya tertawa. Ya<span style="font-style:italic;">, He's Just Not That Into You</span> mungkin lebih terkenal dalam versi film yang antara lain diperankan oleh Jennifer Aniston, Scarlet Johansson dan Drew Barrymore. Sebetulnya istilah <span style="font-style:italic;">"He's Just Not That Into You"</span> dimulai dari percakapan antara Greg Behrendt dan staf penulis serial <span style="font-style:italic;">Sex and The City</span>. Salah satu anggota perempuan tim penulis itu *curhat* tentang seorang pria yang tidak memberikan respons terhadapnya. Ketika tim lain mengatakan bahwa "mungkin dia terlalu terintimidasi denganmu" atau "beri saja dia waktu", Greg Behrendt dengan lugas mengatakan <span style="font-style:italic;">"Look, maybe he's just not that into you"</span>. Yang akhirnya menjadi premis salah satu episode Sex and The City yang berlanjut ke sebuah film berjudul sama dan akhirnya berakhir pada buku ini. Buku ini bercerita tentang berbagai "<span style="font-style:italic;">excuse</span>" yang diberikan perempuan terhadap pasangannya yang semua "ditangkis" oleh Greg Behrendt. Liz Tuccillo berperan sebagai penengah dan memberikan input terhadap para perempuan yang ada. Buku ini adalah salah satu buku yang sangat pas bagi mereka yang merasa cintanya ditolak. Buku ini menjelaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang sepadan dan mengajak pembaca untuk berpikir rasional dan berhenti menyakiti diri sendiri. <span style="font-style:italic;">Cool.</span><br /><br /><span style="font-style:italic;">Perhaps</span> beberapa dari anda mungkin akan berpikir bahwa buku-buku yang saya baca cukup bervariasi. <span style="font-style:italic;">Well</span>, itu karena saya merasa tidak perlu ada pakem atau membuat kotak-kotak terhadap selera orang :). Semoga beberapa buku yang saya cantumkan di sini bisa berguna. Tentu saja saya juga ingin mendengar buku-buku apa yang anda favoritkan. Buku adalah jendela dunia? <span style="font-style:italic;">You betcha!</span>mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-73193053227758010622010-01-28T09:54:00.000-08:002010-01-28T10:19:05.794-08:00Koper LV, Uang Monopoli dan Kaca Mobil.<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ9l6VboQknt5dFGN67VqrrHKLkaZ6RD9VcbZBV4nm8P-ACmb_K1NtSXoAeNNmWn3RYkY4KvYkOylpiBH_ko4l7nhB2LlgDRjlQrB4kGxySLwv2AC1BhDT4fLKvgyGZl4VgGJtwh1daNoL/s1600-h/DSC_5668.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ9l6VboQknt5dFGN67VqrrHKLkaZ6RD9VcbZBV4nm8P-ACmb_K1NtSXoAeNNmWn3RYkY4KvYkOylpiBH_ko4l7nhB2LlgDRjlQrB4kGxySLwv2AC1BhDT4fLKvgyGZl4VgGJtwh1daNoL/s320/DSC_5668.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5431856748319717794" /></a><br />Hari ini adalah hari yang luar biasa bagiku. Aku menemukan sebuah koper teronggok di <span style="font-style:italic;">paving block</span> belakang rumah. Beberapa menit sebelumnya, aku (yang sedang ingin merenung) menyangka bahwa hari ini adalah hari yang biasa. Aku menyenandungkan bait reff lagu <span style="font-style:italic;">Chasing Pavements</span> dari Adele. Bersamaan dengan lantunan lirik lagu itu, aku berpikir: Bagaimana kalau aku membanting pintu saja terhadap semua hal sebelum semua hal membanting pintu di depanku?<br /><br />Namun, benar kata seorang ahli <span style="font-style:italic;">self-healing</span> dengan metode menulis bernama Sally Matahira. Belakangan, aku baru tahu bahwa Sally menginjak usia ke-27 pada tanggal 27 Januari. Sally pernah berkata bahwa hidup itu selalu memberikan petunjuk akan semua hal, layaknya rambu lalu-lintas. Apabila kita tidak melihatnya? Berarti, kaca jendela mobil kita yang buram. Ah, semua ini membuatku kangen pada si Kuda Catur yang memberikanku filosofi hidup. Yang aku dengar, saat ini dia berada di Bali. <br /><br />Kutatap kembali koper lusuh di depanku itu. Sempat mata menangkap logo buram menjadi motif koper secara keseluruhan: <span style="font-style:italic;">LV</span>. Kemudian aku menyadari dari sekian banyak kertas yang tersembul dari koper itu bahwa koper itu penuh berisi dengan uang. Kebetulan! Aku memang membutuhkan petualangan. Petualangan mencari Kuda Catur. Kuraih pegangan koper dan kuangkat. Aku ingin membawanya ke rumah, menghitungnya dan mulai merencanakan petualanganku. <br /><br />Begitu sampai di kamar, aku membuka koper itu. Sudah tak sabar aku ingin menghitung uangnya. Namun ... Apakah kau pernah hendak menaiki anak tangga namun tiba-tiba anak tangga itu lenyap? Sensasi perasaan itu terjadi padaku.<br /><br />Hatiku mencelos. Karena ternyata semua lembaran yang ada di dalam koper itu adalah lembaran yang lazim kau temukan ketika kita bermain monopoli. Aku ingin marah. Ingin rasanya aku membakar semua uang itu dan memecahkan rekor MURI karenanya. Aku frustasi. Bagaimana tidak? Gambar-gambar I Gusti Ngurah Rai mengedipkan mata ... Gambar Soekarno-Hatta memakai pakaian <span style="font-style:italic;">drag queen</span>. Sekali lagi aku menjadi bahan humor lawakan semesta. Ada apa ini?<br /><br />Baru saja aku hendak menebak apakah ini adalah awal dari petualangan ...<br /><br />"Nak?"<br /><br />Aku tersentak. Itu suara ibuku.<br /><br />"Hentikanlah dulu permainan RPG-mu itu. Ayo, sudah saatnya makan malam."<br /><br />Aku mematikan komputer setelah mengucapkan selamat tinggal kepada si koper <span style="font-style:italic;">LV</span>. Sally Matahira benar. Aku sudah harus mencuci kaca depan mobilku.<br /><br /><br /><span style="font-style:italic;">Bandung, 23 Januari 2010.</span><br /><br /><span style="font-style:italic;"><br />Catatan Penulis:<br />Sally Matahira adalah parodi penulis untuk Sundea Belaka, penulis Salamatahari. Tulisan ini dibuat pada pertemuan kesekia</span>n Reading Lights Writer's Circle <span style="font-style:italic;">yang difasilitasi oleh Andika Budiman. Ah, dan yang berulang tahun pada tanggal 27 Januari adalah Nia Janiar. Usianya bukan 27, kok. </span>mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-58431859863890973562009-11-09T02:44:00.002-08:002009-11-09T08:04:35.539-08:00Kacamata<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpEHCXvQwM2AipL20ryKPzduofAh-DmXnynIL4F3ACAps965BYvE3l5yYllHKU-NwwqsPzTiqG08xAMhR447Q2NsgFn21PmvCcqmQmanexyrX67UyALI6P9B8sCWCgt498OMeLkOAEEyK8/s1600-h/epistemology_glasses.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 241px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpEHCXvQwM2AipL20ryKPzduofAh-DmXnynIL4F3ACAps965BYvE3l5yYllHKU-NwwqsPzTiqG08xAMhR447Q2NsgFn21PmvCcqmQmanexyrX67UyALI6P9B8sCWCgt498OMeLkOAEEyK8/s320/epistemology_glasses.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5402134276207619346" /></a><br /><br /><br /> Syahdan, sebuah toko buku kecil di sudut Siliwangi ada satu sosok yang duduk di sofa mungil. Pandangan sosok itu menerawang. Dia membetulkan letak kacamatanya sambil menggaruk-garuk belahan bibir. Setelah beberapa saat, dia memutuskan untuk melepas kacamatanya itu. Dipandanginya bentangan pohon-pohon yang dapat terlihat dari jendela di balik sofa. Semua daun di pohon tersebut nampak buram. Seolah berada di dalam bidikan lensa kamera DSLR Canon yang tidak fokus.<br /><br /> Apabila ada sebelum, ada pula sesudah. Kini dia kembali memasang kacamatanya itu. Dipejamkannya mata sejenak untuk kemudian melihat bentangan pohon-pohon yang sama dari jendela di balik sofa. Dia merasakan sensasi perubahan. Sekarang pohon-pohon itu memiliki daun yang begitu hijau dan terang. Sensasi nikmat yang dirasakannya setelah memakai kacamata begitu terasa.<br /><br /> Tangannya kini meraih benda mungil di atas peti meja kayu. Jemarinya menari memencet tombol-tombol mengetikkan sesuatu. Sesuatu untuk dikirimkan ke dalam ponsel seseorang di salah satu sudut Kota Jakarta.<br /><br /> Dia menulis: "Apabila mencintai seseorang dapat diibaratkan dengan memakai kacamata. <span style="font-style:italic;">Then, you are my glasses. With you, the trees looks brighter. With you, the leaves looks greener. And my eyes feels so much better</span>."<br /><br /> 12 digit nomor pemilik ponsel itu diketik sudah. Satu tombol "<span style="font-weight:bold;">OK</span>"ditekan untuk mengirimkan surat elektronik itu teriring ucapan <span style="font-style:italic;">Godspeed</span>. Sementara orang menunggu dengan cemas apakah surat itu akan mendapatkan balasan, Dia memilih untuk tersenyum.<br /><br /> Dia telah belajar untuk melepaskan. Mencintai cinta itu sendiri tanpa rasa takut yang berakar dari rasa ego. Dikembalikannya benda mungil itu pada letaknya semula. Adalah secangkir cokelat hitam putih dengan <span style="font-style:italic;">Yin Yang Chocolate</span> yang diseruputnya sambil memandang pohon-pohon dari jendela di balik sofa. Dia merasa sejuk: jiwa, raga dan fikiran. Dia tersenyum. Memamerkan giginya yang teroleskan selaput cokelat hitam putih.mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-83117060828193854732009-10-31T20:17:00.000-07:002009-11-01T18:22:42.526-08:00Kuda Catur<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPoH-ig4HrYh1J4z4KnuXHkDgdstZxuHSYpiMSfDTDPMTHtKYiVlTRZnGT8PhurWsREp1v5LNldklkz7iyxT_AVGuwDrYziOb_kJBikk9lmHK4teU8saz5YRTG7yq0EunkZxNiDWNyHsNo/s1600-h/spirit-of-the-horse-karen-yee.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 247px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPoH-ig4HrYh1J4z4KnuXHkDgdstZxuHSYpiMSfDTDPMTHtKYiVlTRZnGT8PhurWsREp1v5LNldklkz7iyxT_AVGuwDrYziOb_kJBikk9lmHK4teU8saz5YRTG7yq0EunkZxNiDWNyHsNo/s320/spirit-of-the-horse-karen-yee.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5398971214968824466" /></a><br /><br /><br />Saya terkadang memiliki satu kebiasaan untuk mengamati hal-hal yang unik dan berbeda dengan hal-hal pada umumnya. Hal-hal yang memiliki ciri khas dan mampu menerobos hal-hal yang belum tentu bisa dilakukan hal-hal lain. Salah satu contoh akan hal tersebut salah satunya saya temukan dalam permainan favorit saya ketika masih kecil dulu: <span style="font-weight:bold;">Catur</span>. Ya, Catur menjadi permainan menarik bagi saya dan kedua sepupu saya pada saat itu. Padahal, ketika kami menginjak bangku SD, permainan catur seharusnya diganti dengan permainan <span style="font-style:italic;">video game</span> seperti <span style="font-style:italic;">Playstation</span>, Nintendo dsb.<br /><br /><br />Layaknya fans sebuah cabang olahraga yang memiliki seorang olahragawan idola, pastinya kami memiliki bidak-bidak catur yang menjadi favorit. Sepupu-sepupu saya selalu memilih Ratu sebagai bidak catur favorit-nya. Mungkin karena superioritasnya sebagai bidak catur yang paling kuat. Kendati demikian, bidak catur yang selalu menjadi favorit saya berbeda dengan mereka: <span style="font-style:italic;">The Knight</span>-Kuda. Mengapa demikian? <br /><br />Kuda tidak seperti Ratu (atau yang kerap disebut Perdana Menteri) yang memiliki jangkauan seolah tidak terbatas. Ratu dapat bergerak baik secara horisontal, vertikal maupun diagonal. Kuda hanya bisa berjalan membentuk huruf "L". Namun, justru langkah Kuda tersebut yang menjadikannya unik dan lain daripada yang lain.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUTcvqqRM6rye-nBh3DoDfp8Tlw6l3jeACTHpCcVzWDSI7Brr0-lPEfJCdmY6-wFFU7tnAQeQOgq5AY1C14-rxtmC3Gr3qUFogaBSg4RNEjie8cIktI56oj-7AMVruGgHtT1Jp4r18SEP6/s1600-h/shatar_mongolian_chess_knight_horse-move.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 215px; height: 212px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUTcvqqRM6rye-nBh3DoDfp8Tlw6l3jeACTHpCcVzWDSI7Brr0-lPEfJCdmY6-wFFU7tnAQeQOgq5AY1C14-rxtmC3Gr3qUFogaBSg4RNEjie8cIktI56oj-7AMVruGgHtT1Jp4r18SEP6/s320/shatar_mongolian_chess_knight_horse-move.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5398971370959427218" /></a><br /><br /><br />Kuda juga memiliki satu kelebihan yang tidak dimiliki oleh bidak-bidak catur lain, bahkan Ratu. Kuda memiliki kemampuan untuk "meloncat". Ya, "meloncat". Gerakan Kuda Catur sangat flexibel dan berbeda dengan bidak catur lain yang harus "memakan" bidak catur lain yang menghalangi jalan mereka. Hal inilah yang membuat keberadaan Kuda Catur begitu diandalkan di dalam permainan catur itu sendiri. Kuda Catur bisa menembus barikade yang belum tentu bisa dilewati oleh punggawa-punggawa catur lainnya. <br /><br />Saya mengagumi konsep Kuda Catur di dalam permainan catur itu tersendiri. Seolah keterbatasan yang sekian diimbangi pula dengan kelebihan yang sepadan. Seperti kuda catur, ada banyak hal yang berbeda dan unik di dalam cerita kehidupan. Itulah indahnya hidup. Individu belajar untuk bisa menjadi spesial, sama spesialnya seperti<br />kuda Catur.<br /><br />Kuda Catur, teruslah "meloncat"! :)mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-948593964819309062009-10-24T09:14:00.000-07:002009-11-01T18:32:38.238-08:00Selamat Ulang Tahun<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH3b4Kkvp6VX-uEA8cIUL__KLKn5JMmmkyRX68DtSdrJxocPQoJgIUpX6xYCxn5VyVjSe1SbUo9z5PSpgYLelhCpQqpJ-sLtc5hIkBVyD1SiVa09BEy4Hj13E-TdIjmk2dHZNxl-6ke3qp/s1600-h/fragments_home_editor_letter_image1.gif"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 269px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH3b4Kkvp6VX-uEA8cIUL__KLKn5JMmmkyRX68DtSdrJxocPQoJgIUpX6xYCxn5VyVjSe1SbUo9z5PSpgYLelhCpQqpJ-sLtc5hIkBVyD1SiVa09BEy4Hj13E-TdIjmk2dHZNxl-6ke3qp/s320/fragments_home_editor_letter_image1.gif" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5398976079323034722" /></a><br /><br /><br /><span style="font-style:italic;">Dear </span>15 Years old Mahel<br />at <br />SMU Taruna Bakti, kelas 1 A, baris pertama, deret kedua. <br /><br /> Hi Mahel! Ya, ini aku, masa depan kamu. Aku adalah diri kamu dalam kurun waktu tujuh tahun dari sekarang. Pada saat surat ini sampai di tangan kamu, kamu sedang berulang tahun yang ke 15 tahun. Jadi, apabila perhitungan kalender aku tidak salah, maka tanggal di waktu-mu adalah 9 Oktober 2002. Jangan kamu pertanyakan dulu mengenai apa alasan surat ini bisa sampai di tangan kamu. Setidaknya berikanlah aku kesempatan untuk memberikan kado ulang tahun yang lebih berharga dari sekedar ucapan "Selamat Ulang Tahun."<br /><br /><br /> Karena kita lebih dekat dari yang engkau tahu, maka izinkanlah aku untuk memanggilmu dengan nama kecil kita berdua "Amal". Amal, hidup itu indah. Aku ingat dan mengerti dengan sangat bahwa ketika kamu membaca surat ini ada satu penyangkalan terhadap pernyataanku barusan. Aku tahu bahwa pilihan kamu untuk bersekolah di tempat itu tampak seperti sebuah kesalahan. Namun, tenanglah. Percayalah bahwa hidup itu indah. Akan ada saat di dalam kehidupan kamu di Taruna Bakti dimana akan kamu sadari bahwa pilihan kamu tidak salah.<br /><br /> Amal, aku tahu bahwa hidup kamu terkesan menyedihkan pada saat kamu membaca surat ini. Namun, ingatlah: kamu harus meneruskan langkah kamu disana. <span style="font-style:italic;">Remember, you have a one of a kind life and you must live that life to the fullest. </span> Aku harus berhenti bercerita sekarang. Kamu masih ingat kan, peraturan para penyihir yang paling utama: "Kita tidak boleh mengubah masa lalu!" <br /><br /> Kendati demikian, aku mengambil resiko mengirim surat ini melalui pintu dimensi waktu yang dijaga oleh Pluto untuk meyakinkanmu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aku harap kamu akan mengerti maksud dan tujuan dari surat ini. Kamu sekarang aku beri waktu selama 15 menit untuk bersedih hati dan menangisi kepedihan hidupmu di hari ulang tahun mu yang ke-15. Setelah itu? Lanjutkan hidupmu. :)<br /><br /><br /> Selamat ulang tahun!<br /> Amahl S. Azwar, 22 years old.mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-80167040032242454012009-08-18T05:43:00.000-07:002009-08-18T05:58:12.608-07:00In Which The Deep Heart Equals The Deep OceanRecently, there are some things that keep going through my mind: it's about the strength of our heart to carry on everyday things in our life. Yes, heart is stronger than we thought it could be. However, sometimes we find it hard to keep going through the problems in our life. A good friend of mine Ras Hanaria told me once that the heart of a man or woman is very deep that it equals the deep ocean. It means that whenever we feel bad about something, we should just let it drown towards the deepness of our heart; and then, proceed. <br /><br /> Dear fellows, sometimes it very hard to face things that happen in your life. My friend Ben C. Laksana has written about all this in his latest notes that human has choices towards that life. I couldn't agree more with that statement. Basically, every person in this world has options to do towards their life. We had every excuse in this life to make it worth going to; in every daily basis. It's just a matter of time and our courage to believe that our heart is not just strong but it also deep and knows no boundaries. <br /><br /> Forgive and forget, that is the so-called two 'F's that strengthen my statement about the deep heart equals the deep ocean. But the main part of this statement is before we are going to forgive and forget someone else towards their mistakes to us: we must forgive ourselves first. We must remember that we can't please everyone. We must remember that every person has their own flaws. Moreover, even though details are very important, we should always look at the big picture about ourselves. This is why I don't believe in the so-called proverb: "Nila setitik, rusak susu sebelangga". Humans are subject to flaws and all--which is something that human is the most perfect creature of God. <br /><br /> The deep heart equals the deep ocean. Just believe in your heart no matter what you are going to. Whenever something or someone did you wrong: put them into the deepest land below your deep heart. If you feel like you're going to be sat in misery about how they did you wrong, do it. And then? Proceed. I really hope that everybody who read this article may found peace in whatever struggling thing that they have on their life at the moment. My thoughts are with you all. <br /><br /><br /><br />Proceed,<br />Amahl S. Azwar<br />18 Agustus 2009<br /><br /><br />PS: Dedicated to Yane Yulianne and Ras Hanaria.mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-133041421644245302009-07-09T10:18:00.000-07:002009-07-09T10:21:31.644-07:00In Which Mahel Raised An Objection Towards 'Autism' as a phrase in daily jokesSeyogyanya bahan pembicaraan di dalam artikel ini bukanlah sesuatu hal yang baru. Penulis bahkan baru tersentil untuk mengangkat topik ini setelah secara kebetulan membaca dua artikel di situs http://sillystupidlife.com/2009/04/01/time-to-speak-out/ dan http://the-tao-of-marcell.blogspot.com/2009/04/mohon-maaf.html--hasil blog walking Penulis. Intinya, kedua artikel tersebut mengungkapkan keberatan mereka terhadap penggunaan kata 'Autis' di dalam daily jokes kita sehari-hari.<br /><br />Ya, terkadang kita lupa atau tidak menyadari bahwa penggunaan kata 'Autis' itu bisa berubah menjadi sebuah makna negatif yang dapat menyinggung perasaan sejumlah pihak. Penulis mulai merasakan kejanggalan kata itu ketika penulis berkunjung ke kos-kosan seorang teman. Ketika mengagumi salah satu prakarya beliau (catatan: berbentuk bintang-bintang kecil yang terbuat dari kertas warna-warni), dia kemudian menjawab: "Ah, itu sih kerjaan gue pas lagi autis aja hel".<br /><br />Belakangan, penggunaan istilah yang mengganggu itu terus menerus penulis dengar dalam percakapan sehari-hari. Ketika demam BlackBerry melanda sejumlah khalayak di mall se-Bandung Raya. Kita dengan mudah menggunakan kalimat seperti: "Aduh, autis banget ya kalo punya BB". Ketika salah satu teman kita menggumam sendiri ketika sedang mendengarkan musik, kita berkomentar: "Aduh, autis banget sih ini anak."<br /><br />Padahal, Autisme bukanlah sebuah keadaan yang pantas untuk dijadikan bahan lelucon sehari-hari. Sebagai seseorang yang memiliki sepupu yang menderita penyakit tersebut, penulis rasa sudah saatnya kita mulai mengeliminasi penggunaan kata-kata tersebut di dalam keseharian kita. Masih banyak kata-kata lain yang rasanya lebih pantas ketimbang menggunakan kata yang hanya akan menyakiti perasaan sejumlah pihak.<br /><br />Ya, mungkin terkadang kita tidak menyadari bahwa ada beberapa kata-kata yang sebetulnya menyangkut isu sensitif. Misalnya, istilah 'Kanker' yang menjadi bahasa keseharian untuk abreviasi 'Kantong Kering'. Bayangkan perasaan orang yang mengidap atau memiliki kenalan yang juga mengidap penyakit tersebut. Memiliki ayah seorang Oncologist membuat penulis juga kurang menyukai istilah itu.<br /><br />Memang, sebagai manusia yang memiliki kemampuan untuk berpikiran obyektif kita seharusnya bisa menyaring mana kata-kata yang memang dijadikan sebuah lelucon atau serius. Sayangnya, kita sebagai manusia kadang lebih memilih untuk menyederhanakan masalah untuk diri kita sendiri tanpa menyadari bahwa kata-kata yang diluncurkan dapat menyakiti perasaan yang lain.<br /><br />Yang jelas, catatan kecil ini juga akan menjadi sebuah input untuk diri penulis untuk lebih welas asih dan berhati-hati dalam bertutur kata. Ada kalanya sebuah obyektifitas bukan hanya dijalankan oleh mereka yang menerima informasi namun juga mereka yang memberikan informasi.<br /><br /><br />Godspeed,<br />Amahl S. Azwar<br />Juli 2009mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1874297554640491674.post-27892377049571190242009-06-28T16:06:00.000-07:002009-06-28T16:12:38.924-07:00In Which We Meets Mahel, Someone Who Recently Failed<span style="font-style:italic;">“Arthur Abbott: Iris, in the movies we have leading ladies and we have the best friend. You, I can tell, are a leading lady, but for some reason you are behaving like the best friend. <br />Iris: You're so right. You're supposed to be the leading lady of your own life, for god's sake! Arthur, I've been going to a therapist for three years, and she's never explained things to me that well. That was brilliant. Brutal, but brilliant.”</span><br /><br /> In case some of you don’t get it, that was a quotation from one of my favourite movie: The Holiday. The scene told us when the character Iris (played by Kate Winslet) were taught by Arthur Abbott (Eli Wallach), an elderly man, that she was supposed to be in control of her own life instead of hiding underneath someone’s shadows. The quotation came to my mind after I just finished reading the so-called book “He’s Just Not That into You” written by Greg Behrendt and Liz Tuccillo. <br /><br /> The book encourages the ladies out there to stop being so insecure whenever they lose their man: because maybe he’s just not that into you. Therefore, you need to take charge on your own life. See, at one of the pages Greg confess that he initially wanted to write a book entitled “She’s Just Not That into You” only to realize that it wouldn’t sell million copies. Well, that’s another story. Nevertheless, it showcases that the book could be apply on man and woman. Moreover, it’s not just about one the relationship: it also covers the rest of the so-called failure in your life. <br /> <br /> Lately, there’s some sad news that I have to encounter: the last result of my thesis (I graduated, though), the resignation of my dear friend at the Coffee Shop etc. But reading the book and really analyze the hidden message behind it and concluded by the quotation I put above … made me realize that you are supposed to be the leading actors/actresses in your own life. About the last result of my thesis, it came to me that I should just shake it off and move on with the next steps of my life (Hey, I got too many A’s in the past. Some B’s won’t killed me). The resignation of my dear friend ought to push him in order to become the better person (He still lives in Bandung anyway, it’s not like someone written him out of the script). <br /> Sometimes we got it the wrong way. When things don’t turn out the way we want it to be, we tends to blame others. When we fail, we thought that we are a failure. The fact is ‘failure situation’ only took two or three episodes from the entire series that God (only the best scriptwriter ever) written for us. My point is? Live life, love life. <br /><br />XOXO<br /><br /><span style="font-style:italic;">“Claire Colburn: So you failed. Alright you really failed. You failed. You failed. You failed. You failed. You failed. You failed. You failed. You failed. You failed. You failed. You failed. You failed. You think I care about that? I do understand. You wanna be really great? Then have the courage to fail big and stick around. Make them wonder why you're still smiling.”</span><br /> <br />PS: This article is the first one for another blog of mine www.mcmahel.blogspot.com which basically more relaxed and not-so-political like the previous one www.amahlazwar.wordpress.com. Enjoy!mcmahelhttp://www.blogger.com/profile/04405594798320771026noreply@blogger.com2