In the deepest hour of the night, confess to yourself that you would die if you were forbidden to write. And look deep into your heart where it spears its roots the answer and ask yourself; must I write? (Rainer Maria Rilke)
Kamis, 25 Februari 2010
The Fabulous Fifteen: My Favourite Books of All Time
The Fabulous Fifteen: My Favourite Books of All Times tadinya adalah salah satu Notes saya di Facebook. Namun, saya tertarik untuk menaruhnya di blog saya. Sekadar untuk berbagi mengenai buku-buku yang saya sukai secara personal. Tentu saja tidak semua buku yang saya sukai ada di daftar ini. For example, Harry Potter. I choose not to put the series simply because all of my friends already known me for being a Harry Potter fan. So I guess, saya akan berikan saja beberapa buku fiksi dan non-fiksi yang akan selalu menjadi favorit saya dan jarang saya sebutkan di dunia maya.
1. Nothing Last Forever - Sidney Sheldon
Yup, ini adalah buku (tebal) pertama yang saya baca. Waktu itu saya masih kelas 5 SD, kalau tidak salah. Buku ini saya temukan tergeletak di kamar Ayah saya yang kebetulan koleksi bukunya memang luar biasa (walau saya belum baca semua). Kisahnya bagus, tentang tiga dokter wanita yang memulai karier di sebuah Rumah Sakit. Pada awal cerita kita akan menyangka bahwa sosok ketiganya begitu sempurna: kita keliru. Membaca buku ini saya kerap mengeluarkan komentar seperti "Oh, begitu toh" dan "Loh, kok enggak nyangka, ya?" berkali-kali. Mungkin buku ini adalah buku pertama yang membuat saya jadi suka membaca fiksi.
2. Veronika Decides to Die - Paulo Coelho
Salah satu sahabat saya, Hugo, memperkenalkan karya-karya Paulo Coelho kira-kira pada tahun pertama kami berkuliah. Sebetulnya sih saya suka hampir semua karya Paulo Coelho, kecuali yang saya belum baca (hehe). Tapi masa iya list ini isinya Paulo Coelho semua, jadi saya memilih buku Veronika Decides to Die--buku favorit saya. Sebagai orang yang terkadang punya kecenderungan untuk menjadi suicidal, buku ini membuat saya menjadi lebih menghargai hidup. He's a genuinely genius writer, Coelho.
3. Five People You Meet in Heaven - Mitch Albom
Hugo juga yang memperkenalkan saya kepada Mitch Albom. Menurut saya karya beliau yang paling patut dikoleksi adalah buku ini. Ceritanya cukup simpel. Mengenai bagaimana seorang lansia yang mantan tentara menjalankan kehidupan membosankan sebagai teknisi taman hiburan. Kakinya tertembak saat berada di medan perang, istrinya meninggal terlebih dahulu dan masa kecilnya dihiasi dengan sosok ayah yang cukup abusive dan bersikap dingin padanya. Sebuah kecelakaan di taman hiburan membuatnya kehilangan nyawa. Di Surga, dia bertemu lima orang yang masing-masing memberinya pelajaran akan hidup yang dia lalui. Versi dunia akhirat yang sangat manis, menurut saya. Senang rasanya bisa membaca opini baru tentang konsep "akhirat". Ketika banyak orang berkoar-koar tentang pahala dan dosa yang akan ditimbang dalam akhirat, buku ini menawarkan sebuah pandangan baru: mengapa kita hidup? It's great. It's really really great. Simple, but great.
4. Filosofi Kopi - Dewi "Dee" Lestari
Sama seperti Paulo Coelho, saya juga menyukai semua karya Dee. Termasuk Perahu Kertas yang nampaknya membuat beberapa teman saya komplain karena terlalu "berbeda" dengan novel-novel Dee sebelumnya. Ah well, kalau saya harus memilih satu saja buku Dee yang saya favoritkan, itu adalah Filosofi Kopi. Buku ini menunjukkan bahwa Dee cukup versatile sebagai seorang penulis. Mulai dari kisah 5 sahabat dan peran mereka masing-masing ("Buddha Bar"), filosofi kopi tiwus ("Filosofi Kopi"--buku ini yang menginspirasikan saya untuk mencoba jadi barista), fabel tentang kecoak ("Rico de Coro"), rasa penasaran yang berbuah tragedi dan penyesalan ("Mencari Herman") dan beberapa puisi serta prosa. Kumpulan cerpen dan prosa satu dekade ini bagaikan sebuah cikal bakal yang menunjukkan bahwa Dee tidak hanya lihai menulis cerita seperti Supernova saja. Kendati demikian, semua tulisan yang ada di dalam buku ini tetap "sangat Dee".
5. 9 dari Nadira - Leila S. Chudori
Menurut saya karya Leila S. Chudori ini cukup orisinil. Sebuah perpaduan antara kumpulan cerpen dan novel. Bisa dibilang novel karena sebetulnya semua kisah yang ada berpangkal kepada satu orang: Nadira, seorang jurnalis yang pada suatu ketika menemukan ibunya meninggal karena bunuh diri. Bisa juga dibilang kumpulan cerpen karena ada 9 kisah yang tidak melulu diceritakan dari sudut pandang Nadira--walaupun beliau tetap tokoh sentral cerita. Ada seorang ilustrator majalah yang diam-diam mengagumi Nadira tapi hanya bisa mengekspresikan perasaannya via sketsa, kakak sulung Nadira yang sampai harus rajin ikut terapi karena rasa bersalahnya kepada Nadira sampai jurnal almarhumah Ibu Nadira pada masa muda. Ilustrasi-ilustrasi Ario Anindito yang indah dan komunikatif dengan isi cerita membuat buku ini semakin layak untuk dikoleksi.
6. Rekonsiliasi: Islam, Demokrasi dan Barat - Benazir Bhutto
Rasanya saya tidak mungkin tidak memasukkan buku ini dalam list saya. Saya langsung jatuh hati pada Benazir Bhutto setelah dia menulis buku ini. Kemampuan dia untuk membuat deduksi mengenai bagaimana seharusnya Islam, Demokrasi dan Barat bisa saling menunjang betul-betul luar biasa. Perempuan berjilbab hijau ini benar-benar mampu menangkis semua pandangan 'dangkal' tentang Islam (baik pandangan dari dunia barat maupun dari kaum ekstrimis).
7. Perfume - Patrick Süskin
Perasaan saya campur aduk membaca buku ini. Di satu sisi saya mengagumi bakat Jean-Baptiste Grenouille tentang dunia aroma (apa itu istilah yang tepat?). Di sisi lain, saya juga merasa bahwa Grenouille terlalu sadis--walaupun dia mungkin tidak mengerti yang dia lakukan itu sadis. Satu hal yang saya suka dari Patrick Süskin adalah dia tidak segan untuk menceritakan dengan detail apa yang terjadi pada orang-orang yang telah ditemui Grenouille. Bahkan dia mengajak pembaca untuk ikut meresapi apa yang terjadi kepada mereka (yang rata-rata berakhir tragis) dengan alasan "karena kita tidak akan bertemu dengan mereka lagi, ada baiknya kita mengetahui bagaimana akhir hidup mereka."
8. The Interpretation of Murder - Jed Rubenfeld
Menampilkan cameo dari Sigmund Freud dan Carl Jung, Jed Rubenfeld mengisahkan tentang Dr. Stratham Younger yang melakukan analisis terhadap sebuah kasus pembunuhan dengan analisis psikologis terhadap Nora Acton, salah satu korban yang selamat. Dengan bimbingan dari Freud, Younger akhirnya menemukan bahwa sang pembunuh ternyata adalah .... ya, silahkan baca sendiri. *menghindari timpukan*
9. The Devil Wears Prada - Lauren Weisberger
Saya adalah seorang pembohong besar kalau saya bilang tidak menyukai buku ini. The Devil Wears Prada mengisahkan tentang seorang sarjana baru lulus bernama Andy Sachs yang mendapatkan pekerjaan sebagai asisten Miranda Priestly, editor majalah fashion nomor satu di Amerika, Runway. Kisahnya berlanjut mengenai perjuangannya untuk memenuhi keinginan luar biasa bos seperti membeli kopi Starbucks yang sudah dipermak sana-sini, mencari buku Harry Potter yang belum diterbitkan dll. Overall, walaupun masih terkesan chicklit, buku ini menceritakan mengenai bagaimana sulitnya dunia kerja bagi mereka yang baru lulus. Itu dan cara Weisberger menceritakan kisah-kisah perjuangan Andy Sachs cukup menghibur--terkadang sarkastik.
10. Introduction to Political Psychology - Martha Cottam, Beth Dietz-Uhler, Elena M. Mastors & Thomas Preston
Ya, sebelum anda mengantuk karena saya membawa buku dari rak buku kuliah saya, saya akan cepat saja. Buku non-fiksi ini menganalisis mengenai bagaimana pola masyarakat berpikir. Menarik memang, karena ada pembahasan mengenai karakter-karakter tertentu dari seorang kandidat pemilu misalnya, yang walaupun sebetulnya kapasitasnya tidak sebaik lawan politiknya, tapi mampu menggaet hati masyarakat yang berakhir pada kemenangan kandidat tersebut. Menarik. Saya sih berharap suatu saat nanti akan ada mata kuliah "Psikologi Politik Internasional" di kampus saya.
11. A Voice for a Just Peace - Ali Alatas
Kumpulan pidato-pidato almarhum Ali Alatas, seorang diplomat senior ulung yang kerap diandalkan oleh Indonesia. Rasanya senang melihat bagaimana beliau mampu menggaet simpati dengan cara berpidatonya. Salah satu kutipan yang paling saya suka adalah "a diplomat job is never ends".
12. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja - Larry King
Larry King adalah salah satu ahli berbicara di dunia. Di dalam buku ini dia memberikan tips, analisis serta ilustrasi beberapa presenter lain dan mengajak pembaca untuk lebih percaya diri dalam berbicara. Baik itu untuk pidato resmi maupun percakapan sehari-hari, Larry King menjelaskan bahwa siapa pun bisa berbicara asal mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Buku ini bagi saya adalah bacaan wajib bagi mereka yang membutuhkan tips dalam berkomunikasi dengan orang lain.
13. Mythical Creatures Bible: The Definitive Guide to Beasts and Beings from Mythology and Folklore (Godsfield Bible Series) - Brenda Rosen
Mulai dari Harpy, Bouraq sampai berbagai macam makhluk di dalam mitologi seluruh dunia dirangkum dalam buku ini. Brenda Rosen mampu mengilustrasikan masing-masing makhluk dengan bahasa singkat namun informatif. Buku yang menarik untuk dibaca bagi mereka yang menyukai mitologi, dongeng dll. Ilustrasi visualnya juga bagus! Mereka yang sedang berada di dalam proyek menulis cerita anak atau sekedar menyukainya patut membaca buku ini sebagai referensi.
14. Good Lawyer - Zara Zettira ZR, Rose Heart dan Rose Heart Writers
Kumpulan cerita hukum Indonesia ini hadir ketika banyak sekali orang yang meragukan kemampuan penulisan seorang blogger. Terlebih lagi, rasa awareness masyarakat akan hukum yang seakan kurang. Mencampurkan fiksi dan hukum rasanya masih jarang dilakukan oleh penulis Indonesia. Maka buku yang ditulis secara "keroyokan" ini mampu menghadirkan suasana hukum di dalam kisah fiksinya. Mulai dengan yang bernada jenaka ala serial Boston Legal sampai yang lebih serius ala Law and Order. Sumbangan cerita dari Zara Zettira ZR di awal buku merupakan pembukaan yang manis bagi para pembaca untuk membacanya sampai habis.
15. He's Just Not That Into You - Greg Behrendt and Liz Tuccillo
Saya menutup daftar ini dengan buku yang membuat saya tertawa. Ya, He's Just Not That Into You mungkin lebih terkenal dalam versi film yang antara lain diperankan oleh Jennifer Aniston, Scarlet Johansson dan Drew Barrymore. Sebetulnya istilah "He's Just Not That Into You" dimulai dari percakapan antara Greg Behrendt dan staf penulis serial Sex and The City. Salah satu anggota perempuan tim penulis itu *curhat* tentang seorang pria yang tidak memberikan respons terhadapnya. Ketika tim lain mengatakan bahwa "mungkin dia terlalu terintimidasi denganmu" atau "beri saja dia waktu", Greg Behrendt dengan lugas mengatakan "Look, maybe he's just not that into you". Yang akhirnya menjadi premis salah satu episode Sex and The City yang berlanjut ke sebuah film berjudul sama dan akhirnya berakhir pada buku ini. Buku ini bercerita tentang berbagai "excuse" yang diberikan perempuan terhadap pasangannya yang semua "ditangkis" oleh Greg Behrendt. Liz Tuccillo berperan sebagai penengah dan memberikan input terhadap para perempuan yang ada. Buku ini adalah salah satu buku yang sangat pas bagi mereka yang merasa cintanya ditolak. Buku ini menjelaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang sepadan dan mengajak pembaca untuk berpikir rasional dan berhenti menyakiti diri sendiri. Cool.
Perhaps beberapa dari anda mungkin akan berpikir bahwa buku-buku yang saya baca cukup bervariasi. Well, itu karena saya merasa tidak perlu ada pakem atau membuat kotak-kotak terhadap selera orang :). Semoga beberapa buku yang saya cantumkan di sini bisa berguna. Tentu saja saya juga ingin mendengar buku-buku apa yang anda favoritkan. Buku adalah jendela dunia? You betcha!
Langganan:
Postingan (Atom)