In the deepest hour of the night, confess to yourself that you would die if you were forbidden to write. And look deep into your heart where it spears its roots the answer and ask yourself; must I write? (Rainer Maria Rilke)
Minggu, 03 April 2011
Gadis Jubah Merah dengan Pakem Twilight
"Grandmother, what a big teeth you have?"
"The better to eat you with."
MASIH ingat sepotong dialog antara si jubah merah dan serigala hitam yang menyamar sebagai neneknya? Catherine Hardwicke, pelopor seri film Twilight (2008) berupaya menceritakan ulang dongeng asal Benua Eropa sebelum abad ke-17 ini. Lalu, apakah Hardwicke terjebak dalam format remaja ceroboh yang terlibat cinta segitiga dengan vampir tampan dan manusia serigala berbadan model celana dalam Calvin Klein?
Film dibuka dengan lanskap Desa Daggerhorn yang bertaburan salju dan bagaimana remaja putri Valerie (Amanda Seyfried, Mean Girls) mengenang kembali pesan ibunya agar jangan percaya dengan orang asing. Pesan itu ia langgar setelah jatuh cinta kepada penebang kayu Peter (Shiloh Fernandez). Padahal, kedua orang tuanya sudah menjodohkan dirinya dengan Henry (Max Irons), anak pandai besi kaya raya Adrian Lazar (Michael Shanks).
Ajakan Peter agar Valerie kabur bersama dirinya hanya berselang 5 menit sebelum teror serigala kembali menghantui Desa Daggerhorn. Setelah bertahun-tahun tidak ada korban manusia, serigala jadi-jadian kembali membantai korban yang tak lain merupakan kakak kandung Valerie, Lucie (Alexandria Maillot).
Daggerhorn pun kedatangan pendeta garis miring pemburu penyihir Father Solomon (Gary Oldman) yang menuding salah satu warga desa adalah manusia serigala atau setidaknya ikut membantu. Masalah semakin runyam ketika serigala berhasil memojokkan Valerie pada beberapa malam berikutnya. Alih-alih menyerang, Valerie ternyata dapat mengerti geraman-geraman serigala dan bercakap-cakap (masih ingat bagaimana Harry Potter dapat berbincang dengan ular? Seperti itulah).
Perbincangan tersebut membuat Valerie mulai mereka-reka siapa sesungguhnya manusia serigala tersebut. Bisakah Valerie membuka tabir sebelum bulan-bulan merah berakhir? Sementara Father Solomon dengan tangan besi mulai membabi buta dan tidak segan-segan membunuhi warga yang ia curigai menjadi antek-antek serangan serigala.
Freudian
Hardwicke sepertinya ingin keluar dari formula klise ala Twilight. Salah satu referensi yang dipergunakan Hardwicke ialah buku The Uses of Enchantment karya almarhum Bruno Bettelheim, penulis psikologi anak Amerika Serikat. Bettelheim yang menyitir analisis Freudian menilai kisah gadis kecil berjubah merah atau little red riding hood menggambarkan bagaimana dongeng anak mengedukasi pikiran anak-anak. Bettelheim menginterpretasikan motif si pemburu dengan membelah perut serigala dan menyelamatkan si jubah merah sebagai sebuah kesempatan kedua.
"Anak kecil yang dengan bodohnya percaya akan tipu daya serigala dilahirkan kembali sebagai manusia baru," tulis Bettelheim.
Masih ada pula deretan aktor mulai dari Seyfried, bintang 1960-an Julie Christie (The Fast Lady), dan pemeran Sirius Black dalam seri Harry Potter Gary Oldman.
Selain itu, penggambaran karakter gadis jubah merah Valerie juga sangat berbeda dari dongeng masa kecil. Red riding hood yang Anda saksikan adalah seorang perempuan yang sudah mulai dewasa secara seksual. Mungkin ini cara Hardwicke untuk mengakomodasi interpretasi bahwa kisah jubah merah menggambarkan proses akil balig remaja putri.
Jack Zipes dalam esai The Trials and Tribulations of Little Red Riding Hood mengatakan jubah merah dalam dongeng ini dapat disimbolkan sebagai proses menstruasi perempuan. Hutan gelap yang mesti ditembus jubah merah juga dianalogikan sebagai lika-liku remaja putri menuju kedewasaan. Sementara peran serigala, Anda sudah bisa tebak sendiri, menyimbolkan peran pria dalam proses pendewasaan perempuan. Baik itu kekasih, penggoda, maupun pemangsa.
Masih Twilight
Hardwicke belum sepenuhnya melepaskan diri dari formulasi Twilight yang membesarkan namanya. Film adaptasi novel Stephanie Meyer yang meraup keuntungan US$400 juta itu memang melambungkan nama Hardwicke. Namun, perempuan yang juga pernah menggarap film independen Thirteen (2003) dan film Injil The Nativity Story (2006) itu memutuskan keluar dari tim produksi saat Twilight memasuki sekuel.
Dari sisi pemeran pria utama, Shiloh Fernandez sekilas mirip dengan Robert Pattinson yang menjadi Edward Cullen dalam seri Twilight. Usut punya usut, Fernandez ternyata pernah bersaing dengan Pattinson untuk memenangi peran Cullen.
Sementara untuk karakter Henry yang tetap setia menolong Valerie meski sudah ditolak, tidakkah mengingatkan Anda pada cinta mati manusia serigala Jacob Black kepada Bella Swan di kisah Twilight? Apalagi, Taylor Lautner yang memerankan Black juga sempat akan ditawari peran Peter dalam Red Riding Hood.
Keseluruhan, akting Amanda Seyfried memang menjadi daya tarik utama film ini. Mata bulat Seyfried yang berwarna biru bisa menangkap seluruh emosi Red Riding Hood. Garis-garis muka Seyfried juga berubah-ubah mulai dari kepanikannya saat sang kakak tewas, rasa penasaran terhadap tingkah aneh orang-orang di sekitarnya, wajah berani saat mengonfrontasi si serigala, dan kegugupannya saat mengajukan pertanyaan seperti, "Nenek, besar sekali matamu? Besar sekali telingamu? Dan besar sekali gigi-gigimu?"
Apa pun itu, mari kita nikmati saja suguhan dongeng versi dewasa ala Hardwicke di film yang juga diproduseri aktor Leonardo DiCaprio ini. Berikutnya mari kita tunggu upaya Hardwicke untuk keluar dari formulasi Twilight. Semoga nanti Hardwicke kembali dapat mengejutkan kita seperti kisah Thirteen sebagai antitesis teen-flicks atau The Nativity Story yang menginterpretasikan ulang kisah pembantaian bayi laki-laki di Bethlehem pada masa lalu.
(SZ)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar