Sabtu, 09 Juli 2011

Kala Sepupu Nunun Cari 'Suaka' ke Gedung Jasa Rahardja



(gambar diunduh dari VivaNews.com)


PADA Jumat (8/7) sekitar pukul tiga atau empat sore. Seorang perempuan berambut pendek, dengan kardigan merah jambu garis-garis putih dan rok hitam terlihat santai keluar dari ruang steril gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan muka datar, ia terlihat mengetik tuts di telepon genggamnya. Air muka Yane Yunarni Alex, perempuan itu, berubah pucat saat seorang juru foto mengenali dirinya sebagai sepupu Nunun Nurbaeti, tersangka kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) pada 2004.

Perempuan yang juga menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Wahana Esa Sembada (perusahaan yang dirintis Nunun) itu memang tengah diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Nunun dalam kasus cek pelawat. Dengan tinggi hanya sekitar 150 sentimeter, Yane berupaya meloloskan diri dari para wartawan tulis dan juru foto. Ia mengangkat tangan seolah berupaya menepis pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Saya tidak tahu Ibu Nunun sekarang berada di mana. Nanti tanya Pak Adang (Wakapolri Komjen (Purn) Adang Daradjatun, suami Nunun) saja. Aduh, nanti saya jadi sakit," cetus Yane saat nyaris terantuk salah satu kamera televisi.

Menurut seorang petugas keamanan, Yane diperiksa sejak pukul 09.30 WIB. Yane kemudian keluar dari ruang steril gedung KPK sekitar pukul tiga atau empat sore. Kedatangan sepupu Nunun ini juga sempat tidak diketahui wartawan. Walau mendapat kabar dari Ina Rachman, kuasa hukum keluarga Nunun, tidak terlihat mobil berhenti di lobi gedung KPK yang mengantarkan Yane.

Kepada belasan wartawan yang menghalanginya, Yane kebanyakan bungkam atas pertanyaan. Ia hanya menanggapi tudingan politisi Partai Golkar, Fahmi Idris bahwa Nunun kabur ke luar negeri menggunakan paspornya. Tuduhan dari mantan menteri perindustrian itu dilontarkan pada 8 Juni lalu. Fahmi, saat itu, mengatakan kemiripan paras Yane dan Nunun menjadi dasar kecurigaannya.

Yane menegaskan tidak pernah sekalipun meminjamkan paspor kepada orang lain.

"Seumur hidup saya, tidak pernah sekalipun saya meminjamkan paspor untuk dipakai siapa pun," ucap Yane terengah-engah.

Lebih dari itu, Yane tidak banyak lagi berkomentar. Ia juga tidak memberikan informasi dimana keberadaan Nunun yang kini diburu interpol di 188 negara. Ia juga mengaku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Nunun yang sempat berobat ke Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura pada Mei 2011 lalu.

"Dari kecil saya ketemu Ibu Nunun. Sudah, sudah, sudah, sudah. Enggak tahu saya kapan terakhir berkomunikasi. Pak Adang yang selalu berkomunikasi," ujar Yane yang berusaha berkelit menghindar saat dikejar sampai trotoar.

Yane terus dihadang wartawan hingga mencapai pelataran parkir gedung Jasa Raharja yang memang berada di sebelah gedung KPK. Ia pun bergegas kabur pintu depan gedung Jasa Raharja yang dijaga dua orang satpam. Seolah mencari suaka, Yane tanpa ba-bi-bu langsung ngacir ke dalam gedung sementara dua satpam pasang badan kepada pers.

Pada pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor) yang berlangsung 2 Mei lalu, Sumarni selaku sekretaris Nunun mengaku pernah menjenguk Nunun yang tengah berobat di Singapura. Sumarni yang menjadi saksi terhadap lima orang tersangka cek pelawat dari Fraksi PDIP mengaku menjenguk Nunun yang tengah berobat di Singapura sekaligus mengantarkan obat-obatan untuk Nunun.

Menurut Sumarni, ia sesekali menanyakan kondisi kesehatan Nunun kepada Adang serta Yane, sepupu Nunun. Sumarni juga mengaku tahu informasi Nunun bolak-balik berobat ke Rumah Sakit Mount Elizabeth dari kedua orang tersebut

Seperti Nunun yang mencari 'suaka' dan kabur ke negeri orang mulai dari Singapura dan kini diduga ada di Thailand atau Kamboja, Yane juga menggunakan cara yang sama. Semoga saja level gedung Jasa Raharja ini tidak akan berlanjut ke level negara. Apalagi kalau tudingan peminjaman paspor itu terbukti benar adanya, semoga.

(SZ)